Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Salut, Pria Ini Bisa Kenal Hampir Seratus Tetangganya Selama Pandemi Corona

Salut, Pria Ini Bisa Kenal Hampir Seratus Tetangganya Selama Pandemi Corona Kredit Foto: Reuters/Mario Anzuoni
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan dalam hidup seorang pria Australia. Dari sebelumnya sama sekali tidak mengenal tetangga sekitar rumahnya, kini ia akrab dengan sekitar 90 orang tetangganya.

Jack Begbie sebelumnya berpikir berkenalan dengan tetangga adalah hal yang aneh, meski ia tinggal di pinggiran kota di Sydney, yang biasanya warganya lebih ramah dibandingkan warga kota besar.

Baca Juga: Sering Dapat Sikap Rasis, China Larang Warganya Pergi ke Australia

"Orang yang tidak dikenal itu menakutkan. Dulu saya berpikir, "kenapa perlu berkenalan dengan orang-orang baru di kompleks rumah padahal saya sudah tinggal di sana selama tiga tahun?"," ungkapnya sambil bercanda.

"Maksudnya, sekilas, ide berkenalan itu kedengarannya aneh, walaupun sebenarnya adalah yang paling bijaksana."

Jack mengatakan ia biasanya berinteraksi dengan menyap "hai" atau menganggukan kepala ketika bertemu di jalan. Namun, semuanya berubah setelah pandemi menyerang.

Penjelasan Tiga Tahapan Pelonggaran Tiga tahapan pelonggaran di Australia:

Khawatir akan kondisi tetangga karena COVID-19

Barulah ketika pandemi COVID-19, ia harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan mulai memikirkan keadaan para tetangganya.

"Saya merasa mungkin ini adalah saatnya mulai mengenal beberapa orang di sekitar rumah, untuk berjaga-jaga bila sesuatu tiba-tiba terjadi kepada saya," kata dia.

"Ketakutan saya adalah bagaimana kalau misalnya ada lansia berumur 80 tahunan yang tiba-tiba sakit dan tidak ada yang mengetahuinya. Saya ingin memastikan ini tidak terjadi," ujar Jack.

"Jadi saya pikir, 'mungkin ini saatnya kita menjangkau dan memastikan semua orang baik-baik saja'".

Dilatarbelakangi alasan tersebut, Jack mendapat ide untuk menciptakan sebuah komunitas kecil untuk memastikan setiap orang dapat memperhatikan keadaan satu sama lain.

Ide tersebut dituangkan ke dalam sebuah kertas berisi pesan yang ia ketik, kemudian diletakkan di kotak pos para tetangganya.

Dalam waktu singkat, 320 rumah tangga di daerahnya tergabung dalam kelompok yang ia buat di Facebook tersebut.

"Tiga atau empat orang di kompleks kami sampai menelepon saya dan bertanya, "Hai, saya tidak punya Facebook. Tapi apakah boleh kalau saya menambahkan cucu atau keponakan saya di dalam kelompok itu untuk tahu apa yang didiskusikan?" cerita Jack.

"Biasanya kita tidak akan melakukan hal seperti ini dalam situasi normal, misalnya ketika ada orang yang mengirimkan surat berbunyi "Hai, mari gabung kelompok di Facebook"," katanya.

"Reaksi Anda pasti adalah 'Saya tidak perlu kan melakukannya? Saya sudah punya banyak masalah dalam hidup. Kenapa saya harus menerima banyak notifikasi dan berhubungan dengan kelompok orang yang tidak dikenal dalam Facebook?'"

Namun, Jack mengatakan respon tersebut tidak terjadi di masa yang menurutnya "aneh" ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: