Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perang Irak, 'Greatest Sin' Amerika Serikat di Abad Modern

Perang Irak, 'Greatest Sin' Amerika Serikat di Abad Modern Rusia menyatakan menolak rencana Amerika Serikat (AS) mengerahkan pasukan tambahan dan peralatan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). | Kredit Foto: Foto/Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Invansi Irak oleh Amerika Serikat, bukanlah sesuatu yang tak bisa diprediksikan. Bahkan ketika itu, pada 2001, George W Bush yang ketika itu menjabat sebagai presiden Amerika Serikat telah tegas mengatakan setelah 'sukses' menghantam Afghanistan, Amerika Serikat (AS) tampaknya siap membidik sasaran baru kampanye antiterorisme mereka.

Bush telah memastikan hal ini. Menurut Bush Selasa (11/12/2020), prioritas berikut dalam perang antiteroris adalah mencegah para teroris memiliki senjata nuklir, biologi dan kimia. Secara tak langsung, pernyataan Bush itu membidik Irak, Iran dan Korea Utara.

Baca Juga: Diduga Dibenci Sekutu Sendiri, Khamenei Yakin AS Bakal Angkat Kaki dari Irak dan Suriah

"Negara-negara kriminal itulah yang menjadi sumber utama senjata nuklir, biologi, kimia untuk para teroris. Tiap negara tahu kami tak bisa dan tak akan menerima negara yang melindungi, mendanai, melatih atau mempersenjatai agen teror," tegas Bush dalam sambutannya di Citadel, sebuah akademi militer di South Carolina.

Bush mengancam, "Negara-negara yang melanggar prinsip ini akan dianggap sebagai rezim musuh. Mereka telah diingatkan, mereka tengah diawasi dan akan diciduk."

"Bila mereka terus mendukung teroris, nasib mereka akan berakhir seperti Taliban," ujar Bush.

Ketika itu Bush memuji pasukan militer AS yang terjun di Afghanistan. Ia juga memastikan AS tak akan lelah mengejar Usamah bin Ladin, tersangka utama serangan 11 September lalu.   

"Tak ada gua yang sanggup menyembunyikan pasien keadilan AS," cetus Bush mengingatkan pada jaringan gua dan terowongan di timur Afghanistan yang diduga menjadi tempat persembunyian Usamah dan para letnan Al-Qaeda, organisasi yang dipimpin Usamah.

Namun inti pidato Bush adalah soal senjata perusak masal serta tujuan baru perang terorisme. "Saya telah meminta para penasihat saya agar mengembangkan strategi komprehensif untuk menumpas pengembangan senjata macam itu," ujarnya.

"Ancaman terbesar bagi peradaban adalah ada segelintir orang jahat yang mampu melipatgandakan aksi pembunuhan dan memperkuat niat untuk membunuh demi membalaskan dendam," kata Bush.

"Hidup kami, cara pandang kami dan tiap titik harapan kami untuk dunia bergantung pada satu komitmen tunggal yaitu para perancang pembunuhan masal harus dikalahkan dan tak dibiarkan memakai senjata seperti itu," lanjut Bush yang dengan segala cara menumpas "teroris' termasuk membekukan aliran dana.

"Tapi yang utama adalah kita harus bertindak cepat untuk mengakhiri negara-negara pendukung aksi terorisme," ujarnya.

Irak, Iran, Sudan, Suriah, Korea Utara, Libya, dan Kuba adalah tujuh negara yang dianggap pendukung terorisme menurut versi Washington. Bulan lalu, Bush mendesak Presiden Irak Saddam Hussein agar mengizinkan tim inspeksi senjata PBB datang kembali ke Irak.

Padahal sejumlah negara sekutu menilai aksi AS untuk menyingkirkan Saddam Hussein adalah kesalahan besar. Salah seorang yang berpendapat demikian adalah Gerhard Schroeder yang ketika itu menjabat sebagai kanselir Jerman.

"Kita harus sangat hati-hati berbicara soal sasaran baru di Timur Tengah," ujar Schroeder. "Banyak peristiwa mengerikan yang bakal terjadi."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: