Dia mengaku sering bercengkrama dengan para penikmat kopi bareng temen-temen serta milenial. Menurutnya, budaya ngopi-ngopi harus diteruskan.
"Karena cafe itu tempatnya melahirkan kesadaran, tempat lahirnya gelombang rakyat. Makanya, kopi kami, kami kasih nama Kopi Revolusi. Hari-hari terakhir Che Guevara, tokoh revolusi, melengkapi Kopi Revolusi," lanjutnya.
Sekarang kesibukannya tak hanya Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia tapi juga merintis bisnis kopi.
#NGOPIBARENGFahri bersama millenial yang sudah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, tetap dilanjutkannya.
Sebelum masa pandemi, Fahri selalu menyempatkan diri mendatangi cafe di daerah yang disinggahinya. Baik sekedar ngopi-ngopi mau berdiskusi mengenai akal kolektif bangsa, sesama kolega maupun dengan mahasiswa. Baginya, cafe saat ini sudah menjadi fenomena baru, bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat.
#NGOPIBARENGFAHRI yang digagasnya, kini menjadi inspirasi para politisi di pusat maupun di daerah, serta pengusaha cafe bahwa paradigma cafe tidak kaku seperti dulu lagi.
"Filosofinya adalah cara pendekatan langsung kepada segmen masyarakat, mengelola aspirasi kaum muda sambil bertukar pikiran tentang situasi perpolitikan indonesia. Melepas sekat-sekat yang ada selama ini di generasi milenial akibat perbedaan latar belakang pilihan politik dan sebagainya, ngopi bareng adalah solusi humanis untuk terciptanya pendekatan hati menjadi satu asal diri yaitu orang indonesia," terangnya.
Dia yakin dari hobi ngopi bareng anak muda tersebutlah lahir pola pikir serta taktik perjuangan bersama demi nama bangsa. Dan kini, hal itu pula yang coba diteruskan kembali oleh Fahri Hamzah, dari warung kopi satu ke warung kopi (sekarang dari satu daerah ke daerah yang lain).
Tujuannya mempererat dan mempersatukan pikiran generasi muda milenial yang sadar akan politik bangsa. Lebih jauh, dia bilang #NGOPIBARENGFAHRI bisa menjadi awal revolusi diri, tidak hanya mampu menarasikan persoalan rumit individual tapi lebih besar adalah persoalan negara.
"Kita harus ingat semua tokoh revolusi Indonesia penggemar kopi. Kopi bisa menjadi alat bisnis dan politik, juga alat persaudaraan," tukas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: