Lebih lanjut dia mengatakan, penggunaaan konsep RE-FORGE ini akan dilakukan di PLTU Bangka, PLTU Belitung, PLTU Bolok, serta PLTU Ropa. Dengan kehadiran konsep kustomisasi RE-FORGE diharapkan akan memberikan keunggulan bagi unit pembangkit PJB maupun pembangkit dari IPP lainnya.
Selain itu lanjutnya, mengefisiensikan proses bisnis yang kompleks, RE-FORGE diklaim juga dapat mengoptimalkan kapabilitas SDM, dan menyederhanakan pola komunikasi antara PJB, PJB Services, dan unit pembangkit menjadi lebih sederhana.
Sementara itu Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara mengatakan, RE-FORGE tidak hanya menjadi jawaban terhadap tantangan yang ada namun juga menjadi salah satu cara dalam menyelaraskan program dengan Strategic Inisiative Grand Strategy PJB yang akan diangkat selama lima tahun kedepan.
"Dimana salah satunya merujuk pada rencana implementasi digitalisasi monitoring dan evaluasi untuk semua pembangkit PJB (existing dan UBJOM) dan IPP," ujar Iwan.
Sejauh ini kata Iwan, RE-FORGE mengambil konsep waralaba yang berkembang di Indonesia. Pemilik pembangkit tidak perlu direpotkan untuk mengurusi perancanaan, supervise enginering, sampai mengatur supply chain yang harus dilakukan. Karena hal-hal tersebut secara terpusat dan terkendali akan dilaksanakan oleh PJB.
Dengan begitu, konsep ini nanti diharapkan dapat berdampak kepada lebih fokusnya pemilik pembangkit pada pengoperasionalnya saja. Sehingga akan mengurangi jumlah SDM yang diperlukan dan akan berimbas kepada penghematan biaya jangka panjang.
"RE-FORGE sendiri merupakan konsep kustomisasi yang dilakukan, agar model bisnis pengelolaan unit pembangkit menjadi lebih terpusat dan tidak ada redundansi proses. Tidak hanya pengelolaannya yang terpusat, namun analisa juga dilakukan secara terpusat oleh para expertise di bidang pembangkit sehingga analisa pun menjadi lebih akurat," pungkas Iwan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: