Peta pertarungan Pilpres 2024 bakal dinamis. Pasalnya, tidak ada capres yang dominan. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang tadinya punya popularitas tinggi mendadak melorot.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam diskusi webinar di Cokro TV yang disiarkan melalui YouTube. Menurutnya, elektabilitas Prabowo melorot semasa pandemi virus corona (Covid-19).
"Tidak ada calon yang dominan per-Mei 2020. Jadi Covid-19 ini membuat lapangan permainan menjadi rata," ujar Burhanuddin.
Baca Juga: Prabowo Jadi Menteri Paling Moncer, Orang 212 Jawab Cetus: Gak Urus!?
Mengacu kepada survei yang dilakukan Burhanuddin Cs, terjadi perubahan peta yang signifikan antara Mei 2020 dengan bulan-bulan sebelumnya atau sebelum geger pandemi corona. Termasuk Prabowo, di bulan Februari, elektabilitasnya mencapai 22 persen.
"Dari 22 persen menjadi 14 persen di Mei itu artinya Pak Prabowo turun secara signifikan," katanya.
Sementara, nama-nama lain seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, dan Anies Baswedan angkanya beragam. Ada yang naik dan turun. Namun angka tersebut, menurutnya, masih masuk dalam rentang margin of error survei. "Covid-19 punya dampak mengubah peta elektoral karena bisa menjadi pertarungan kepala daerah untuk menunjukkan taringnya," katanya.
Sekalipun sedikit diuntungkan corona, kepala daerah punya kendala untuk bersinar di Pilpres 2024. Misalnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memiliki panggung penanganan pandemi di ibu kota. Anies, akan sulit bersinar karena saat ini ada dua partisan besar dampak Pilpres 2019 yaitu kubu Jokowi dan Prabowo. Anies dianggap kesulitan untuk meraih dukungan dari kubu Jokowi.
"Mungkin selama ini, narasi Mas Anies yang dipakai dianggap mengaleniasi basis pendukung Jokowi sehingga apapun yang dikerjakan Anies, baik atau buruk akan di-frame negatif," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo