Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kerja Sama Gelap Soeharto dengan Israel dan Dialog Gus Dur

Kerja Sama Gelap Soeharto dengan Israel dan Dialog Gus Dur Kredit Foto: Istimewa

Mengenai kunjungan Yitzhak Rabin ke Jakarta, motif-motif diplomasi interasional menjadi penting. Kunjungan ini menunjukkan pragmatisme Soeharto dalam kebijakan luar negerinya.

Padahal, sebelumnya, opini yang berkembang luas betapa pertemuan itu mustahil, karena Soeharto tidak menganggap penting isu Islam atau agama, dalam kebijakan luar negeri. Satu bulan setelah pertemuan dengan Rabin, Soeharto berkunjung ke Iran untuk mengimbangi perdebatan di ruang publik (Rizal Sukma, Islam in Indonesian Foreign Policy, hal 77).  

photo

Menanggapi pertemuan rahasia Yitzhak Rabin dengan Soeharto, Gus Dur berkomentar via jaringan jurnalis internasional. Komentar Gus Dur menjadi oase dari riuhnya perdebatan terkait relasi Soeharto dan pemerintah Israel, sesuatu yang menjadi sensitif, bahkan hingga sekarang.  

"Tidak ada demonstrasi. Di kampung-kampung, masjid-masjid, semuanya tenang-tenang saja. Memang ada yang marah-marah, tapi kita lihatlah reaksi masyarakat selanjutnya," demikian pernyataan Gus Dur kepada jurnalis BBC di Indonesia (18/10/1993). 

Setahun kemudian, Gus Dur diundang Yitzhak Rabin. Dalam kunjungan itu, Gus Dur menjadi saksi atas deklarasi perdamaian Israel-Yordania. Djohan Effendy, intelektual Muslim, datang bersama Gus Dur untuk menjadi saksi sejarah itu.   

Setelah kunjungan Rabin, perdebatan di kalangan Islam memanas. Pemerintah Soeharto dianggap menjalin kerjasama dengan Israel. Jenderal Feisal Tanjung, menampik isu bahwa ada kerjasama antara militer Indonesia dan Israel. Meski demikian, transaksi ekonomi-perdagangan kedua negara naik drastis. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: