Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kerja Sama Gelap Soeharto dengan Israel dan Dialog Gus Dur

Kerja Sama Gelap Soeharto dengan Israel dan Dialog Gus Dur Soeharto | Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada suatu hari di pertengahan Oktober 1993, seorang pejabat penting dari Israel datang ke Jakarta. Pejabat itu ingin berdiskusi secara rahasia dengan Presiden Soeharto, sekaligus membangun kontak dengan tokoh-tokoh Muslim berpengaruh.   

Ya, 16 Oktober 1993, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin datang ke Jakarta, setelah sebelumnya melakukan lawatan diplomatik ke China dan Singapura. Yitzhak Rabin tidak main-main, dia mengemban misi penting pemerintah Israel, untuk melangungkan lobi khusus dengan pemerintah Indonesia.  

Sekitar satu dekade sebelumnya, pada awal 1980-an, pemerintah Indonesia membeli lebih dari 30 pesawat skyhawk dari Israel. Proses pembelian ini dilangsungkan dalam operasi rahasia bernama operasi Alpha. 

Operasi ini merupakan operasi intelijen, karena saat itu Indonesia butuh pesawat canggih dari Israel, dengan teknologi terbaru. Sementara pemerintah negeri ini tidak punya hubungan diplomatik resmi dengan Israel.   

Setelah beberapa dekade, operasi Alpha baru terkuak. Kerja sama militer, teknologi, dan intelijen yang menggunakan dana besar ini baru terbuka ke publik setelah lama tertutup kabut gelap. Letjen TNI (Purnawirawan) Rais Abin, mantan panglima pasukan perdamaian PBB di Timur Tengah, mengungkap ke publik.  

"Secara politik aneh kalau kita jual beli dengan Israel. Sementara, pesawat yang dibutuhkan di situ, adanya di Israel. Itu kerja sama intelijen yang bagus, sampai (hampir) semua orang tidak tahu," jelas Rais Abin (BBC, 12/12/2017).  

Operasi Alpha lama terpendam dalam catatan sejarah. Sampai kemudian, buku otobiografi berjudul Menari di Angkasa terbit. Buku itu, karya Djoko Poerwoko, seorang pilot TNI Angkatan Udara yang mengikuti pelatihan di Israel. 

Latar belakang kerja sama intelijen dan perdangan yang berlangsung diam-diam menjadikan hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel semacam teman tapi mesra. Indonesia tidak punya hubungan diplomatik resmi dengan Israel, tapi kerja sama intelijen dan perdangan, nilai uangnya 400-500 juta dolar Amerika Serikat.  

Nah, pada sisi itulah misi diplomatik Yitzhak Rabin menemukan konteksnya. Hal lainnya, Rabin ingin Indonesia lebih berperan dalam diplomasi Timur Tengah, khususnya mencairkan ketegangan Israel-Palestina. Indonesia, sebagai aktor gerakan non-blok masih dianggap punya peluang besar untuk mempengaruhi proses perdamaian negara-negara kawasan Timur Tengah.  

"My main goal is that the organization of non-aligned states will support the process and the agreements reached and that this will allow wide support in that part of the world, among those states that oppose or have reservations about the agreements," demikian pernyataan Yitzhak Rabin, sebagaimana diarsip UPI Archives, (15/10/1993).  

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: