Jadi Pemasok Terbesar, Inggris Lanjut Jual Senjata ke Arab Saudi
'Keputusan memalukan'
Andrew Smith dari Kampanye Menentang Perdagangan Senjata mengatakan bahwa langkah ini adalah keputusan yang memalukan dan bangkrut secara moral.
"Pengeboman Yaman yang dipimpin Saudi telah menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dan pemerintah sendiri mengakui bahwa senjata buatan Inggris telah memainkan peran sentral dalam pemboman itu. Kami akan mempertimbangkan keputusan baru ini dengan pengacara kami dan akan menjajaki semua opsi yang tersedia untuk menentangnya," ujar Smith.
Baca Juga: Alamak, Houthi Ancam Serang Istana-Istana Arab Saudi
Menurut dia, bukti-bukti menunjukkan pola yang jelas dari pelanggaran keji dan mengerikan terhadap hukum humaniter Internasional oleh koalisi yang telah berulang kali menargetkan pertemuan sipil seperti pernikahan, pemakaman dan pasar.
"Pemerintah mengklaim bahwa ini adalah insiden terisolasi, tetapi berapa ratus insiden terisolasi yang diperlukan bagi Pemerintah untuk berhenti memasok persenjataan?" tegas dia.
Smith menambahkan bahwa keputusan itu memperlihatkan peringkat kemunafikan di jantung kebijakan luar negeri Inggris.
"Baru kemarin pemerintah berbicara tentang perlunya memberi sanksi kepada pelanggar hak asasi manusia, tetapi sekarang telah menunjukkan bahwa mereka akan melakukan apa saja untuk terus mempersenjatai dan mendukung salah satu kediktatoran paling brutal di dunia," ujar dia.
Pada Senin, Inggris mengumumkan rezim sanksi independen pertamanya. Sebelumnya, Inggris telah bergabung dengan sanksi PBB dan UE, tetapi pasca-Brexit, negara itu akan menerapkan sistemnya sendiri.
Dari 49 individu yang dijatuhi sanksi, 20 orang di antaranya adalah warga negara Saudi yang terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi.
Khashoggi, seorang kolumnis The Washington Post, dibunuh oleh kelompok operasi Arab Saudi tak lama setelah dia memasuki konsulat negara itu di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Setelah awalnya mengatakan bahwa dia telah meninggalkan konsulat, berminggu-minggu kemudian, pemerintah Saudi mengakui bahwa dia terbunuh di sana dan melimpahkan kesalahan pada kelompok operasi Saudi. Hingga saat ini, jasadnya pun tak pernah ditemukan.
Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard, dalam laporannya, menyimpulkan bahwa pembunuhan Khashoggi adalah "eksekusi yang disengaja dan terencana", dan dia mendesak agar Mohammad bin Salman diselidiki. Meskipun begitu, putra mahkota Saudi bersikeras dirinya tidak terlibat dalam pembunuhan itu.
Akhir tahun lalu, Arab Saudi menjatuhkan hukuman mati untuk lima orang karena keterlibatan mereka dalam pembunuhan Khashoggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: