Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebun Raya Indonesia: Posisi Strategis dan Ancaman Kepunahan

Kebun Raya Indonesia: Posisi Strategis dan Ancaman Kepunahan Kredit Foto: Beritaharga.net
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa sebagai negara dengan kekayaan hayati untuk daratan terbesar kedua di dunia, keberadaan Kebun Raya di Indonesia menjadi sangat strategis.

Bukan hanya sebagai lokasi edukasi wisata bagi warga, tapi juga menjadi awal mula serangkaian proses penelitian dan inovasi yang dapat mendorong penambahan nilai ekonomi negara berbasis kekayaan alam.

Baca Juga: Sejarawan LIPI Bongkar Isu 'Komunisme dan PDIP'

Mengutip laman DW Indonesia, LIPI telah menjadi lembaga yang diamanatkan untuk mengelola keberlangsungan kebun raya di Tanah Air. Setidaknya ada 5 kebun raya di seluruh Indonesia yang sepenuhnya berada dalam pengelolaan LIPI, yaitu Kebun Raya Cibinong, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, Kebun Raya Bogor, dan Kebun Raya Bedugul Bali.

Dalam pengelolaan tersebut, LIPI memainkan perannya dalam hal konservasi ex-situ dan riset. Salah satunya adalah pemanfaatan koleksi tanaman menjadi obat-obatan herbal, yang saat ini masih menyisakan banyak peluang pengembangan.

Menurut Handoko, dari sekitar 30 ribuan spesies tanaman, LIPI sampai saat ini baru bisa memanfaatkannya ke dalam bentuk 800 herbal atau jamu-jamuan, 30-an OHT (Obat Herbal Terstandar) dan 12 fitofarmaka. Fitofarmaka adalah obat yang sudah teruji secara klinis manfaat dan penggunaannya dalam menanggulangi suatu penyakit.

“Jadi bisa kita bayangkan dari 30 ribu itu baru 12 yang kita manfaatkan,” kata Handoko dalam telekonferensi bersama media, Kamis (16/7/2020).

Meski begitu, LIPI juga tak ketinggalan memanfaatkan kekayaan hayati yang ada di kebun raya untuk kepentingan pengobatan pasien COVID-19.

Menurut Handoko, saat ini tengah diuji klinik terhadap 2 formula obat herbal yang akan digunakan untuk pasien COVID-19 dengan skala ringan, yaitu formula herbal berbasis cordyceps (sejenis jamur), dan formula herbal dari campuran jahe, meniran dan sambiloto. Uji klinik dilakukan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Jakarta.

“Direncanakan akan selesai pada akhir bulan ini sehingga hasilnya kemungkinan besar kami berharap bisa dirilis pada awal-awal Agustus semoga bisa selesai,” ujar Handoko.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: