Lebih lanjut, ia mengatakan tak hanya emas yang dijarah, ada pula dokumen penting kerajaan lain yang diangkut. Begitu juga dengan manuskrip-manuskrip yang ditulis Sri Sultan Hamengkubuwono II tentang sastra dan budaya keraton, benda pusaka kraton bahkan perhiasan yang dipakai Sri Sultan Hamengkubuwono II, dan sangat penting dikembalikan, karena bukti otentik kesejarahan Ngayogyakarta.
Bahkan, menurutnya, Yayasan Cahaya Nusantara (Yantra) telah siap mendukung dan membantu untuk merawat serta menerjemahkan manuskrip tersebut. Penerjemahan itu perlu dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Yogyakarta sejarah masa lampau Sri Sultan Hamengkubuwono II.
"Kami melakukan ini sudah mendapat dukungan dari pihak Keraton Yogyakarta dan para keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Bahkan yayasan Yantra juga siap membantu," jelas Bagoes Poetranto.
Bahkan, trah keturunan juga menginginkan penulisan sejarah mengenai Perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono dan Perang Sepehi. Hal itu perlu untuk menambah wawasan para generasi saat ini.
Karena itu untuk menambah pemahaman soal perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono dan dalam rangka pengusulan gelar Pahlawan Nasional, akan diselenggarakan pementasan wayang kulit dengan lakon Perang Sepehi. Pentas wayang akan dibawakan Dalang Ki Catur Benyek Kuncoro.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil