Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemarin LCS, Kini China Lagi Cari Gara-Gara di Sungai Mekong

Kemarin LCS, Kini China Lagi Cari Gara-Gara di Sungai Mekong Vietnam | Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Singapura -

Konflik Laut China Selatan terus menjadi bola panas di kawasan Asia Pasifik. Amerika Serikat (AS) dan China memperebutkan pengaruh di perairan itu.

Keberadaannya sangat penting, terutama bagi negara-negara Asia Tenggara yang membutuhkan jalur pelayaran dan sumber daya alam di sana.

Baca Juga: LCS Memanas, China Buktikan Mampu Lumat Habis Militer Australia

Namun, ternyata rebutan perairan bukan hanya soal lautan. Sungai Mekong juga diperebutkan oleh AS dan China demi kuasai wilayah ASEAN.

Sungai ini adalah yang terpanjang di wilayah Asia Tenggara karena melintasi lima negara sekaligus, yaitu Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

Sebenarnya, hulu dari Mekong berada di Lancang, China. Hal itu membuat Beijing bisa mengendalikan aliran air ke Asia Tenggara.

Itulah yang membuat AS pun berupaya untuk menghentikan China untuk mengendalikan setengah dari negara anggota ASEAN.

Dikutip dari Channel News Asia, langkah AS di Mekong telah berlangsung sejak zaman Presiden Barack Obama, namun melempem ketika Donald Trump naik tahta.

Obama banyak mendanai upaya perlindungan lingkungan di Cekungan Mekong Bawah, mulai dari Laos hingga Vietnam.

Semua berawal dari kebijakan pembangunan 11 bendungan oleh China di hulu sungai ini. Langkah tersebut bisa membahayakan kehidupan di lima negara yang berada di Mekong Bawah.

Laos, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Vietnam sangat tergantung pada sungai ini untuk berbagai kebutuhan.

Baca Juga: LCS Memanas, China Buktikan Mampu Lumat Habis Militer Australia

Mulai dari pertanian, perikanan, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) tentu akan kehilangan sumber daya jika Mekong benar-benar dibendung China .

Dengan begitu, AS bisa tersingkir dari Asia Tenggara dan China bisa memasang agenda pembangunan di sana secara sepihak.

"Ini menjadi persoalan geopolitik, seperti Laut China Selatan, antara Tiongkok dengan AS," kata Witoon Permpongsacharoen dari kelompok Jaringan Ekologi dan Energi Mekong.

Permasalahan Mekong sebetulnya lebih mendesak lantaran 60 juta orang bergantung pada sungai itu.

Tahun lalu saja, muka air di Mekong Bawah berada di posisi terendahnya selama beberapa dekade. Akibatnya, nelayan sungai mendapatkan hasil tangkapan yang sangat rendah selama tahun itu.

Perwakilan AS di kawasan itu menyebut Beijing 'menimbun' air dengan 11 bendungannya di wilayah Mekong Atas sepanjang 4.350 kilometer.

Tiongkok juga malah meningkatkan aktivitas lembaga dalam negeri bernama Lancang Mekong Cooperation (LMC) demi menyingkirkan Komisi Sungai Mekong (MRC) yang telah berusia 25 tahun.

MRC sendiri merupakan langkah AS mempromosikan pembangunan berkelanjutan di Mekong selama Perang Dingin, bekerja sama dengan lima negara Asia Tenggara yang bersangkutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: