Sejumlah pengamat meragukan kondisi ekonomi kita bisa pulih cepat. Soalnya, angka kasus positif corona masih terus menanjak. Beda dengan China yang sudah melandai.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listyanto menjelaskan, prediksi sejumlah lembaga keuangan internasional bahwa ekonomi kita akan pulih setelah China agak membingungkan.
Karena, kata Eko, kasus positif Covid-19 terus mencetak rekor baru. Sementara, China sudah berhasil mengendalikan wabah tersebut.
"China itu bisa mengendalikan pandemi corona di negaranya. Jadi, aktivitas ekonomi dan konsumsi masyarakat bisa segera mengeliat. Bahkan, China jadi satu-satunya negara yang paling prospektif di dunia," katanya.
Baca Juga: Ampun Gusti! Bu Menkeu Kondisi Ekonomi 2021, Bikin Ngeri Ya Allah
Berbanding terbalik di Indonesia. Penemuan kasus baru terus meningkat. Artinya, susah untuk bisa optimis tanpa ada kemampuan menangani pandemi corona.
Menurutnya, selama pandemi corona belum terkendali, aktivitas ekonomi masyarakat tetap tersendat. Masyarakat banyak yang masih khawatir untuk melakukan konsumsi di luar rumah. Termasuk pergi ke mal sampai pelesiran ke destinasi wisata.
Apalagi dipengaruhi banyak masyarakat yang berhemat karena ada ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan seretnya penghasilan. Permintaan yang masih minim tentu akan mempengaruhi produksi dunia usaha dan industri.
Begitu juga para pengusaha masih cukup khawatir untuk mempekerjakan kembali pegawainya ke kantor dan pabrik. Ketika penawaran dan permintaan masih rendah maka geliat ekonomi dipastikan belum bisa pulih.
Hal ini yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa pulih cepat. Ditambah konsumsi masyarakat menopang lebih dari 50 persen ekonomi nasional.
"Cepat atau lambatnya pemulihan ekonomi sangat bergantung pada daya beli masyarakat, apakah bisa mendorong konsumsi lagi atau tidak?" ujarnya.
Eko menegaskan, sangat mutlak bagi pemerintah untuk mampu mengendalikan pandemi Covid-19 agar daya beli dan geliat ekonomi masyarakat tumbuh lagi.
Eko meyarankan, jika pemerintah ingin memberi suntikan suplemen gunakanlah belanja pemerintah, khususnya bantuan sosial (bansos).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman