Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akun Tokoh Dunia Dibobol Hacker, Bos Twitter Merasa Bersalah

Akun Tokoh Dunia Dibobol Hacker, Bos Twitter Merasa Bersalah CEO Twitter, Jack Dorsey. | Kredit Foto: Reuters/Chris Wattie
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO Twitter Jack Dorsey melakukan permintaan maaf atas peretasan besar-besaran yang mengkompromikan beberapa pengguna paling berpengaruh dunia. Perkembangan terbaru dalam satu minggu terakhir, terungkap sudah pelakunya yakni diduga seorang pria yang tinggal di Bognor Regis, Pantai Selatan Inggris.

Ia telah diamankan karena dianggap satu dari tiga orang yang diduga melakukan peretasan terhadap sejumlah akun Twitter tokoh dan pejabat AS.

Baca Juga: Terungkap! Bobol Twitter Bill Gates Dkk, Peretas Gunakan Cara Ini

Selain itu, Twitter juga telah sibuk pelarangan besar-besaran terhadap akun yang terkait dengan sayap kanan QAnon teori konspirasi.

"Minggu lalu adalah minggu yang sangat sulit bagi kami semua di Twitter, dan kami merasa tidak enak tentang insiden keamanan yang berdampak negatif pada orang yang kami layani dan kepercayaan mereka pada kami," ujar Dorsey sebagaimana dikutip dari Forbes di Jakarta, Senin (3/8/2020).

Miliarder berharta USD7,2 miliar (Rp105 triliun) ini pun tak segan meminta maaf atas kejadian tersebut.

Twitter mengkonfirmasi pada hari Rabu pekan lalu bahwa 130 akun menjadi sasaran selama serangan 15 Juli, dengan peretas mengakses pesan langsung untuk 36 akun tersebut.

Pada hari Selasa, Twitter mengumumkan telah melarang 7.000 akun yang terkait dengan QAnon, teori konspirasi yang menyatakan bahwa Presiden Trump sedang memerangi kelompok global orang-orang kuat yang menjalankan cincin perdagangan seks anak.

Sebagai bagian dari tindakan mereka terhadap teori konspirasi, Twitter tidak akan lagi merekomendasikan tweet yang berisi konten QAnon dan membatasi URL yang terkait QAnon serta memblokirnya agar tidak muncul di bagian tren.

Saham Twitter naik sekitar 3% setelah panggilan pendapatan, di mana perusahaan melaporkan pertumbuhan pengguna besar selama kuartal kedua sementara pendapatan iklan turun, karena pengeluaran iklan dibatasi oleh pandemi dan solidaritas dengan gerakan anti-rasisme.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: