Kisah Perusahaan Raksasa: Royal Dutch Shell, Kilang Cuan Eropa
Royal Dutch Shell atau Dutch Koninklijke Nederlandse Shell NV merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi minyak dan gas alam. Perusahaan ini beroperasi melalui tiga segmen, yaitu hulu, hilir dan perusahaan.
Pada praktiknya, mereka melakukan kegiatan seperti eksplorasi, produksi, pemurnian, dan pemasaran minyak mentah dan gas alam di lebih dari 90 negara di seluruh dunia. Selain itu, Royal Dutch Shell juga memproduksi bahan baku kimia untuk banyak industri. Markas besarnya berada di Den Haag, Belanda.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Sinopec, Kerajaan Minyak Milik China
Saat ini, Royal Dutch Shell menjadi salah satu perusahaan energi terkemuka di dunia, yang mempekerjakan sekitar 93.000 karyawan dan beroperasi di lebih dari 70 negara. Kantor pusat ada di Den Haag, Belanda, dan Kepala Pejabat Eksekutif (CEO) adalah Ben van Beurden. Perusahaan induk grup Shell adalah Royal Dutch Shell plc, yang berbadan hukum di Inggris dan Wales.
Royal Dutch Shell, yang hampir berusia 200 tahun, memiliki perjalanan panjang. Dari sebuah toko kecil di London menjadi sebuah perusahaan raksasa nomor tiga di dunia dengan revenues 396,5 miliar dolar AS dalam laporan Fortune tahun 2019. Dikutip dan diolah Warta Ekonomi, Jumat (7/8/2020) dari berbagai sumber, berikut adalah ulasan perjalanan Royal Dutch Shell.
Diprakarsai seorang penjual barang antik bernama Marcus Samuel, akar perusahaan minyak raksasa dunia dimulai pada 1833. Ia seorang penjual barang antik, yang kemudian menjual kerang oriental. Karena banyaknya permintaan, ia mulai mengimpor kerang dari Timur Jauh. Tanpa sadar ia berhasil meletakkan dasar untuk bisnis ekspor-impor.
Sepeninggal Marcus Samuel pada 1870, bisnisnya dilanjutkan kedua putranya, Marcus dan Samuel Junior. Pada 1880-an, mereka sangat tertarik dengan bisnis ekspor minyak, tetapi terkendala dengan masalah pengiriman menggunakan barel.
Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka menugaskan armada kapal uap untuk membawa minyak dalam jumlah besar, termasuk Murex yang, pada tahun 1892, menjadi kapal tanker minyak pertama yang melewati Terusan Suez.
Dua bersaudara itu punya pesaing utama, yakni Standard Oil, sebuah perusahaan yang terkenal dengan kaleng minyak tanah berwarna biru. Agar menonjol, mereka menciptakan merek Shell dan mengecat kaleng mereka dengan warna merah cerah. Taktik itu berhasil dan, pada 1896, perdagangan minyak tanah mereka menghasilkan lebih banyak daripada gabungan semua bisnis mereka yang lain.
Pada 1897 Marcus dan Samuel mengganti nama perusahaan mereka menjadi Shell Transport and Trading Company dan meluncurkan kilang pertama mereka di Balikpapan di Borneo Belanda. Kilang tersebut kemudian harus dihancurkan ketika AS menyatakan perang terhadap Jepang pada Perang Dunia II.
Pada 1901 ketika minyak ditemukan di Texas, Marcus Samuel junior menarik kesepakatan seumur hidup. Keduanya memenangkan hak transportasi dan distribusi dari pesaing utama perusahaannya, Standard Oil. Namun, pada 1902, kelebihan produksi di Texas telah memangkas pasokan yang tersedia menjadi hampir tidak ada.
Pada saat yang sama, pesaing yang lebih kecil bernama Royal Dutch mulai membangun kapal tankernya sendiri dan mendirikan organisasi penjualannya sendiri di Asia. Akibatnya, setengah dari armada Shell menganggur.
Jadi, pada 1907, keputusan diambil untuk menggabungkan Shell Transport and Trading Company dengan Royal Dutch dan membentuk Royal Dutch Shell Group. Hari ketika telegram diterima mengumumkan merger --23 April-- sekarang dirayakan setiap tahun sebagai hari ulang tahun Royal Dutch Shell.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: