Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) resmi berlaku pada 10 Agustus. Perjanjian dagang kedua negara diyakini akan berdampak positif pada Indonesia.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, IA-CEPA akan mendongkrak ekspor dari Indonesia ke Chile. Menurutnya, ada peningkatan utilitas ekspor yang angkanya mencapai 167%. Angka ini merupakan peningkatan yang sangat besar.
Baca Juga: Bea Cukai Amamapare Genjot Ekspor Non-Tambang di Tengah Pandemi
"Semua ini tidak lepas dari kemudahan dan potongan tarif hingga 0 persen dari produk-produk Indonesia ke Cile," ungkap Jerry melalui siaran pers, Kamis (13/8/2020).
Dilihat pemanfaatan Surat Keterangan Asal (SKA), angkanya juga naik tajam. Pada tahun 2019 angkanya hanya sekitar 19,9 juta, sedangkan hingga Juli 2020 sudah menjadi 53,3 juta. Sementara, angka nominal riilnya US$73,2 juta.
Dampaknya terlihat sekali, bahkan baru sampai Juli saja sudah lebih dari dua kali lipat. Padahal, itu baru setengah tahun pemanfaatan SKA-nya. Karena memang memanfaatkan SKA, keuntungannya sangat menarik, tarif impor yang diberlakukan oleh Chile menjadi 0 persen, otomatis harga barang lebih rendah dan mengangkat daya saing.
Dia mengatakan, Kemendag menyambut baik IC-CEPA karena menjadi kabar baik di tengah kondisi ekonomi dunia yang belum pulih karena pandemi. Bagi Indonesia, meningkatnya nilai ekspor juga akan memberikan dampak pada bergulirnya ekonomi domestik.
Produk-produk dominan yang masuk ke pasar Cile dari Indonesia adalah alas kaki, tekstil dan produk turunannya, bahan makanan, kendaraan bermotor serta kertas. Ke depan, dia berharap produk-produk dengan nilai tambah tinggi bisa lebih digalakkan.
Sementara, produk-produk teknologi dan digital harus terus didorong sebab kemampuan dan kreativitas anak-anak muda Indonesia tidak diragukan lagi. Yang diperlukan saat ini adalah membentuk sebuah ekosistem yang mendukung.
"Kemendag punya banyak program dalam fasilitasi perdagangan dan ekspor. Tinggal kita sesuaikan saja dengan kebutuhan dunia usaha," tutur Jerry.
Bagi Jerry, Cile juga bisa jadi pintu masuk produk Indonesia. Letak Cile yang berada di sepanjang pantai Barat Amerika Latin bisa menjadi hub untuk negara-negara sekitar seperti Brasil, Kolombia, Venezuela. Letak Amerika Selatan yang relatif jauh dari Indonesia perlu dicarikan solusi agar lebih mudah terjangkau produk Indonesia.
Masalah utamanya ada di transportasi dan logistik yang perlu dicari solusinya bersama-sama. Kemendag sendiri telah bicara dengan beberapa marketplace untuk membuat semacam gudang terpadu. Meskipun masih dalam taraf penjajakan awal, diharapkan hal itu menjadi salah satu solusi agar biaya transportasi dan logistiknya bisa ditekan.
Lebih lanjut, Jerry akan memastikan mekanisme perjanjian-perjanjian bilateral bisa terus dibuat. Ia menilai perjanjian bilateral menjadi kunci keberhasilan menembus pasar asing. Ada perbedaan antara perjanjian bilateral dan multilateral.
Kalau perjanjian multilateral seperti ASEAN-Korea FTA adalah kerangka besar. Sementara, saat ini Indonesia masih bersaing dengan negara-negara ASEAN lain untuk memenangkan pasar Korea.
"Nah, kalau bilateral kan kita langsung, jadi lebih kelihatan dampaknya. Tapi kedua-duanya punya sisi keunggulannya masing-masing," jelas Jerry.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum