Petani dan kelompok tani merupakan poin penting dalam desain besar penguatan industri kelapa sawit Indonesia. Tak hanya petani secara individual, tetapi kelembagaan yang menaungi petani menjadi sangat penting dalam program-program pertanian yang menguntungkan petani.
Dalam upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan, petani dapat diarahkan ke sektor UMKM (Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah). Melalui sektor usaha yang produktif ini, pendapatan petani dapat ditingkatkan melalui penciptaan value added produk minyak sawit. Selain itu, format kelembagaan UMKM tersebut dapat meningkatkan bargaining position petani dan directly aksesibilitas pasar.
Sebagai salah satu lembaga nasional, BPDPKS telah menggerakkan petani agar memproduksi produk pangan yang relevan dengan keadaan saat ini. Tidak hanya itu, petani juga didorong agar mampu memproduksi bahan bakar untuk kebutuhan sendiri dan menyuplai bahan bakar di daerah sekitarnya.
Baca Juga: Petani Sawit Rakyat Masih Sulit Dapat KUR, Ini Solusinya
Baca Juga: Roadmap IHT Diharapkan Berbasis Kesejahteraan Petani
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Rino Afrino menyatakan, "banyak inovasi produk yang sudah dilakukan petani melalui berbagai UMKM di sekitar perkebunan sawit. Produk yang dihasilkan petani berbekal bahan baku dari kelapa sawit ini seperti tas/keranjang dan piring anyaman dari sawit, gula merah, dan dodol sawit."
Sebelumnya, Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UMKM, Dewi Syarlen mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menjaga keberlangsungan UMKM termasuk di sektor komoditas kelapa sawit.
Lebih lanjut Dewi mengatakan, “perkebunan merupakan subsektor pertanian yang mampu bertahan di masa pandemi. Komoditas sawit merupakan sektor paling tangguh dan menjadi penolong perekonomian Indonesia”.
Dewi menjelaskan, terdapat tiga langkah yang ditetapkan oleh kementerian untuk menjaga keberlanjutan UMKM, pertama, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan pada UMKM aktif berdasarkan by name by address.
Jumlah bantuannya sebesar Rp2,4 juta/UMKM kepada 12 juta UMKM di Indonesia. Kedua, pelatihan online untuk meningkatkan kapasitas produksi UMKM, dan yang ketiga yakni menjalankan standardisasi dan sertifikasi produk yang diberikan kepada UMKM sesuai dengan komoditas masing-masing agar produknya memiliki daya saing tinggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Tanayastri Dini Isna