Mengingat potensinya yang besar, tak ayal kelapa sawit dimusuhi oleh sejumlah stakeholders, lembaga, bahkan negara yang antisawit. Motivasi pihak-pihak ini untuk mengkambinghitamkan kelapa sawit tidak jauh dari ketakutan akan ancaman besar yang diberikan sawit terhadap komoditas minyak nabati lain.
Sengitnya persaingan dagang memunculkan berbagai isu, mulai dari deforestasi, pengelolaan lahan gambut, bahkan hak asasi manusia (HAM). Isu-isu tersebut digulirkan sebagai amunisi untuk menjatuhkan industri kelapa sawit, baik di pasar domestik maupun global.
Beberapa dekade terakhir, industri perkebunan kelapa sawit mendapatkan perlakuan tidak adil dari pihak antisawit. Isu lingkungan terutama deforestasi seolah menjadi topik abadi yang terus disuarakan oleh pihak antisawit tersebut untuk menghambat perdagangan minyak kelapa sawit dan produk turunannya di pasar domestik dan global.
Baca Juga: Emisi GRK Industri Sawit? Ini Teknologi Jawabannya
Baca Juga: Dari Sawit: Tidak Ada Kata Setop untuk Daulat Energi!
Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Prof Yanto Santosa merangkum beberapa tudingan terkait deforestasi di Indonesia yang disebabkan pengembangan perkebunan sawit dari berbagai sumber.
Mengacu pada laman Palm Oil Indonesia, beberapa tudingan terkait deforestasi Indonesia yang disuarakan di antaranya, (1) minimal 56 persen kebun sawit Indonesia berasal dari hutan seluas 1,7 juta hektare (Koh dan Wilcove, 2008); (2) perkebunan kelapa sawit menyebabkan 1 juta hektare deforestasi di wilayah Kalimantan, Sumatera, Papua, Sulawesi, dan Maluku selama periode 2000–2010; (3) industri perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab utama deforestasi di Indonesia (Greenpeace, 2008, 2015, 2017, 2018, dan 2019).
Melihat fenomena tersebut, Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno menganalogikan black campaign sawit seperti permainan bola. Belum selesai satu isu, isu yang lain sudah dipersiapkan di depan mata. Alhasil, pemain sulit mencetak gol karena gawang selalu dipindah-pindahkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti