Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib Tragis Ota Benga, Pria Afrika Dipamerkan Kebun Binatang AS

Nasib Tragis Ota Benga, Pria Afrika Dipamerkan Kebun Binatang AS Ota Benga dipamerkan di Bronx Zoo, New York, pada 1906. | Kredit Foto: New York Zoological Society

Pada tahun 1916, setelah kematian Ota Benga, sebuah artikel di New York Times membantah cerita legenda urban berkaitan dengan pameran yang menampilkan Ota.

"Pekerjaan inilah yang memunculkan laporan tidak berdasar bahwa dia ditahan di kebun binatang sebagai salah satu pameran di kandang monyet," kata artikel itu.

Pendapat ini, tentu saya, bertentangan dengan sejumlah artikel satu dekade sebelumya yang muncul di surat kabar di seluruh Amerika Serikat dan Eropa.

New York Times sendiri telah menerbitkan lusinan artikel tentah isu tersebut, dengan artikel pertama yang diterbitkan pada 9 September 1906 bertajuk: "Manusia semak berbagi kandang dengan monyet di kebun binatan Bronx".

Kemudian, pada 1974, William Bridges, kurator emeritus kebun binatang tersebut mengklaim bahwa apa yang sebenarnya terjadi tidak dapat diketahui.

Dalam bukunya The Gathering of Animals, dia bertanya secara retoris: "Apakah Ota Benga 'dipamerkan' --seperti hewan yang aneh dan langka?" sebuah pertanyaan yang dia, sebagai orang yang memimpin arsip kebun binatang, paling tahu bagaimana menjawabnya.

"Bahwa dia dikurung di balik jeruji besi dalam sangkar kosong untuk ditatap selama jam-jam tertentu tampaknya tidak mungkin," lanjutnya, mengabaikan segunung bukti di arsip masyarakat zoologi yang mengungkapkan hal itu.

Sebuah artikel tentang pameran tersebut, yang ditulis oleh direktur kebun binatang, ternyata telah muncul di terbitan zoological society sendiri.

"Bahwa dia dikurung di balik jeruji besi dalam sangkar kosong untuk ditatap selama jam-jam tertentu tampaknya tidak mungkin," lanjutnya, mengabaikan segunung bukti di arsip masyarakat zoologi yang mengungkapkan hal itu.

Sebuah artikel tentang pameran tersebut, yang ditulis oleh direktur kebun binatang, ternyata telah muncul di publikasi zoologi lembaga itu.

Meskipun demikian, Bridges menulis: "Yang bisa dikatakan dengan pasti, bahwa itu dilakukan dengan niat terbaik, karena Ota Benga menarik bagi publik New York."

_114133030_original-1.jpg

'Pertemanan antara penculik dan yang diculik'

Penggabungan narasi yang menipu ini tertuang dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1992 dan ditulis bersama oleh cucu Samuel Verner, pria yang pergi ke Kongo dengan senjata berat untuk menangkap Ota Benga dan lainnya untuk dipamerkan di Pameran Dunia St Louis 1904.

Buku itu secara absurd dicirikan sebagai kisah persahabatan antara Verner dan Ota Benga.

Dalam setidaknya satu artikel surat kabar setelah buku itu diterbitkan, cucu Verber juga mengklaim bahwa Oto Benga --yang dengan gigih memberontak atas penahanannya-- sangat senang dipamerkan pada publik New York.

Jadi, selama lebih dari satu abad, institusi dan orang-orang didalamnya telah secara sewenang-wenang mengeksploitasi Oto Benga, mengkontaminasi catatan sejarahnya dengan narasi yang tidak benar yang menyebar ke seluruh dunia.

Bahkan sekarang, permintaan maaf yang diutarakan Samper adalah karena telah memamerkan Ota Benga selama "beberapa hari", dan bukan selama tiga minggu mengurungnya di rumah primata.

Kebun binatang itu telah mengunggah dokumen digital terkait apa yang terjadi pada masa itu, termasuk surat-surat yang menjelaskan secara detail aktivitas Ota Benga dan orang-orang yang mengurungnya.

Banyak dari surat-surat itu saya kutip dalam buku saya, Spectacle: The Astonishing Life of Ota Benga, yang diterbitkan pada 2015.

Dalam lima tahun sejak penerbitannya, petugas kebun binatang secara misterius menolak untuk mengungkapkan penyesalan atau bahkan menanggapi pertanyaan media.

Dan ketika saya berkesempatan untuk mengunjungi rumah primata tempat Ota Benga dipamerkan dan ditampung, bangunan tersebut telah ditutup untuk umum.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: