Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Timbang-menimbang Untung-Rugi Perceraian Amien Rais & PAN

Timbang-menimbang Untung-Rugi Perceraian Amien Rais & PAN Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar

Amien memang merupakan salah satu tokoh reformasi, namun pesonanya semakin turun setiap tahun. Apalagi, Qodari menyebut masyarakat lebih mengenal Megawati Soekarnoputri sebagai tokoh reformasi sesungguhnya.

"Di mata masyarakat tokoh reformasi yang melawan Soeharto itu sesungguhnya nomor satu adalah Megawati. Maka dari itu PDIP mendapatkan 33 persen (pada Pemilu 1999)," ujar Qodari.

Ia sendiri masih belum melihat keseriusan Amien dan loyalisnya membentuk partai baru, yang diklaim akan dideklarasikan pada akhir 2020. Tetapi jika terwujud, partai tersebut dinilainya sebagai eksperimen politik dari mantan Ketua PP Muhammadiyah itu.

"Eksperimen politik yang benar-benar menarik apabila Amien Rais benar-benar membentuk partai politik baru, kemudian bertarung melawan PAN di Pemilu 2024," ujar Qodari.

Sedangkan bagi PAN, Amien dinilainya sebagai aset. Sebab tak dapat dimungkiri, nama PAN dikenal masyarakat karena peran Amien bersama pendiri lainnya dalam memperjuangkan reformasi.

Beban bagi PAN karena Amien kerap berseberangan dengan pengurus partai, khususnya dengan Zulkifli Hasan yang saat ini memimpin periode 2020-2025. Pernyataan Amien terkadang menjadi penghalang PAN untuk bergabung dengan pemerintahan.

"Pak Amien Rais juga menjadi beban karena sebenarnya popularitasnya itu terbatas. Buktinya pertama PAN pada pemilu 99, pemilu pertama yang diikuti oleh semua partai politik, perolehan suaranya hanya sekitar 7 persen, dan terus menurun di pemilu berikutnya," ujar Qodari.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati mengusulkan agar keduanya segara berdamai. Sebab, konflik antara Amien dan PAN merupakan masalah internal yang harus segera diselesaikan.

"Pak Amien saat ini hanya populer di kalangan konservatif ketimbang semua pihak. Lahirnya partai baru bukan pula merespons situasi nasional, namun lebih pada perpecahan elite internal," ujar Wasisto.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: