Akhir pekan ini, dunia maya dihebohkan urusan paha Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Rahayu Saraswati Djojohadikusumo. Yang menyorot adalah warganet laki-laki.
Awal ceritanya begini. Jumat siang (4/9/2020), politisi Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana, mengomentari aktivitas lari pagi Saraswati. "Paha calon Wali Kota Tangsel itu mulus banget," cuit Panca di akun Twitternya, @panca66.
Cuitan Panca itu kemudian disamber deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Said Didu. "Huzzz. No pict hoax (tidak ada gambar, berarti hoaks)," tulis eks Sesmen BUMN itu di akun @msaid_didu.
Baca Juga: Soal Twit Paha Mulus, Ahli: Itu Serangan Seksual Non-kontak Fisik
Sebelumnya, Saraswati, yang merupakan keponakan Menhan Prabowo Subianto ini memang lari pagi bersama Komunitas Selari di Bintaro, Tangerang Selatan. Keponakan Prabowo Subianto itu memajang foto-fotonya saat lari di akun Twitter @RahayuSaraswati. Ada juga sebuah video berdurasi 39 detik yang menunjukkan Saras lari pagi. Saat lari, dia mengenakan kaos hitam dipadukan hotpants ungu dan topi.
Keterangan di video tersebut, Saras biasa berlari hingga 6 kilometer setiap pagi. Dilanjutkan dengan berjalan sehingga total jarak tempuhnya mencapai 7 kilometer.
"Mens sana in corpore sano (pikiran yang sehat ada dalam tubuh yang sehat)," bunyi kutipan berbahasa latin dalam video.
Cuitan Panca dan Didu kemudian jadi panjang setelah Ketua DPP Bidang Eksternal PSI, Tsamara Amany ikut komentar. Tsamara geram dengan cuitan Panca dan Didu.
"Tanpa malu melecehkan perempuan seperti ini. Lalu merasa suci, merasa bisa 'menyelamatkan' bangsa ini. Jangankan menyelamatkan bang, menghargai perempuan saja tidak bisa. Alih-alih menilai/mengkritik @RahayuSaraswati dari track record dan kinerja, malah sibuk cari cara melecehkan," cecarnya dalam akun @TsamaraDKI sambil mengunggah gambar cuitan Panca dan Didu.
Tsamara menganggap kedua orang ini bermasalah. Ada indikasi menjatuhkan elektabilitas mengingat Saraswati tengah ikut kontestasi Pilkada Kota Tangsel. Sekalipun ingin mengkritik, saran Tsamara sebaiknya fokus di kinerja dan justru membahas tubuh Saraswati.
"Susah sekali perempuan menunjukkan bahwa mereka bisa dinilai atau dikritik berdasarkan kompetensi mereka. Selalu saja fokus ke hal-hal personal, dan ketubuhannya," ungkap Tsamara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo