Israel akan menuntut kompensasi dari Amerika Serikat (AS) atas penjualan pesawat jet tempur siluman F-35 ke Uni Emirat Arab (UEA). Kompensasi yang diminta adalah memajukan satu tahun tanggal pasokan sistem persenjataan canggih Amerika sebagai bagian dari bantuan militer Washington ke nagara Yahudi tersebut.
Keinginan rezim Zionis menuntut kompenasi Washington itu diungkap media setempat, Yediot Ahronoth,yang dilansir Ynet, Senin (7/9/2020).
Baca Juga: Akhir Tragis Agen Mossad Israel yang Dimanfaatkan Hizbullah
Sebelumnya, Ynet dan Yedioth Ahronoth mengungkap bahwa Washington telah mencapai kesepakatan penjualan senjata canggih dengan Uni Emirat Arab, yang mencakup penjualan jet tempur siluman F-35 dan kendaraan udara tak berawak, sebagai bagian dari perjanjian normalisasi hubungan UEA dengan Israel.
Yedioth Ahronoth, dalam laporannya, mengklaim telah mengetahui bahwa pihak keamanan Israel sekarang memperdebatkan paket kompensasi mana yang harus diminta dari Washington. Di antara opsi-opsi yang diperiksa adalah memajukan satu tahun tanggal pasokan sistem persenjataan canggih Amerika ke Israel.
Proposal untuk mempercepat pasokan senjata canggih Amerika itu dipicu oleh pandemi virus corona baru (Covid-19) dan kejatuhan ekonomi, yang menyebabkan Israel sekarang berjuang untuk mengembangkan dan memproduksi sistem pertahanan di dalam negeri.
Israel Aerospace Industries menawarkan untuk memproduksi sistem senjata untuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan mendapatkan bayaran untuk proyek tersebut tahun depan, tetapi Kementerian Keuangan menganggap rencana tersebut terlalu mahal.
Tuntutan kompensasi menunjukkan bahwa pembentukan pertahanan Israel telah mencapai kesepakatan dengan fakta bahwa kesepakatan penjualan senjata canggih antara AS dan UEA hampir pasti akan terjadi.
Pihak keamanan Israel dari awal menentang penjualan pesawat tempur F-35 AS ke negara Arab, karena khawatir dapat merusak superioritas militer Israel di wilayah tersebut.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump telah berjanji untuk mempertahankan keunggulan kualitatif Israel dalam hal persenjataan Amerika, janji yang pertama kali diberikan oleh Washington kepada Israel selama Perang Yom Kippur pada tahun 1973. Janji itulah yang menjadikan permintaan kompensasi oleh rezim Zionis kepada Washington sebagai opsi yang masuk akal.
Kesepakatan penjualan senjata antara AS dengan UEA diharapkan akan dibahas di Kongres Amerika dalam waktu dekat. Pemerintahan Trump berharap kesepakatan itu disetujui karena penjualan tersebut terindikasi menjadi bagian integral dari perjanjian normalisasi Israel-UEA, bersama dengan penghentian aneksasi Tepi Barat.
Pada hari Jumat pekan lalu, New York Times mengonfirmasi laporan dari Yedioth Ahronoth bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memang mengetahui rencana administrasi Trump untuk menjual senjata canggih Amerika ke Emirat dengan imbalan kesepakatan damai UEA-Israel.
Netanyahu sendiri telah berulang kali membantah opsi tersebut dalam perjanjian normalisasi UEA-Israel.
"Tidak ada poin dalam pembicaraan antara Israel dan Amerika Serikat yang mengarah pada terobosan bersejarah, apakah Netanyahu memberikan persetujuan Israel untuk penjualan senjata canggih ke UEA," kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: