Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melihat Singapura Lawan Covid-19 Klaster Asrama Pekerja Migran

Melihat Singapura Lawan Covid-19 Klaster Asrama Pekerja Migran Kredit Foto: Unsplash/Justin Lim

Penanganan berbeda

Banyak pekerja tidak terinfeksi, membuat mereka rentan terhadap virus, tetapi pemerintah menyatakan siap.

Alih-alih menutup asrama sepenuhnya, Singapura sekarang bertaruh pada taktik yang berbeda. Singapura membiarkan pekerja pergi ke pekerjaan tetapi dengan tes Covid-19 berulang, jarak sosial yang lebih besar, pemantauan ketat, dan isolasi cepat dari kontak dekat.

"Kami yakin bahwa tes berulang ini, rutinitas yang telah ditentukan, akan terus memungkinkan kami untuk menyingkirkan hal ini dan dapat mengendalikan virus corona," kata Tan See Leng, Menteri Kedua untuk Tenaga Kerja.

Ada juga risiko penyebaran diam-diam karena beberapa infeksi baru menghasilkan gejala, sementara tes polymerase chain reaction (PCR) mungkin tidak mendeteksi virus pada saat usap.

Beberapa kasus baru menunjukkan positif pada tes yang mendeteksi antibodi, menunjukkan kemungkinan infeksi masa lalu yang tidak dapat lagi menyebar dan menginfeksi orang lain, kata kementerian kesehatan.

Langkah-langkah lain untuk menangkis virus mulai dari pengurangan pekerja di kamar asrama dan pemeriksaan air limbah untuk jejak virus sampai tempat kerja terpisah hingga penggunaan teknologi yang lebih besar dalam melacak kontak orang yang terinfeksi.

Ada risiko rendah karantina massal asrama dan tindakan karantina akan lebih tepat sasaran, kata Hsu Li Yang, pakar penyakit menular di Universitas Nasional Singapura. Namun sebagian besar pekerja hanya dapat berpindah-pindah antara asrama dan lokasi kerja, kecuali untuk tugas-tugas penting.

"Selain perjalanan kerja dengan truk, kami tidak diizinkan pergi ke mana pun," kata pengawas konstruksi Sharif Uddin. "Ini adalah gangguan mental yang tetap," ungkapnya.

Industri konstruksi terpukul keras ketika asrama ditutup, turun 59 persen pada tahun di kuartal kedua ketika ekonomi tergelincir ke dalam resesi. Dengan semakin banyaknya klaster baru yang terinfeksi virus, banyak pekerja yang dikarantina dalam beberapa pekan setelah melanjutkan pekerjaan. Beberapa takut akan terinfeksi lagi.

"Rasanya seperti berada di penjara," kata pekerja konstruksi Habibur Rahman, 25 tahun. "Kami hanya ingin kembali ke kehidupan normal. Kami ingin bekerja penuh waktu agar dapat menghasilkan dan mengirim uang ke rumah," harapnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: