Kisah Perusahaan Raksasa: Honda, Manufaktur Otomotif Terbesar Kelima Dunia
Perusahaan otomotif di seluruh dunia terpukul oleh adanya virus corona atau Covid-19. Penyebabnya adalah permintaan kendaraan menurun, penguncian wilayah atau lockdown, dan pemutusan hubungan kerja para karyawan.
Raksasa otomotif Amerika Serikat, Ford dan General Motors terpaksa menutup pabriknya. Raksasa Jepang, Toyota sampai-sampai menarik karyawan di luar negeri akibat Covid-19 ini. Tindakan ini kemudian menyebabkan penjualan mobil global 2020 setidaknya turun 22 persen, menurut laporan IHS Markit.
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: JPMorgan Chase, Gudang Uang Terbesar Amerika Serikat
Di AS, penurunan penjualan malah lebih buruk. Hantaman pandemi menyebabkan turunnya penjualan hingga 26,6 persen dan hanya menghasilkan 12,5 juta penjualan kendaraan, dari sebelumnya sebanyak 17 juta unit terjual.
Di tahun yang penuh tantangan ini, raksasa Jepang lain, Honda, mengalami penurunan pendapatan lebih dari 4 persen. Laba bersih juga merosot hampir seperempatnya. Selain akibat merebaknya virus corona, sejumlah kerusakan terkait kantung udara, dan nilai tukar yang merugikan perusahaan jadi penyebab berikutnya.
Imbasnya, Honda harus duduk di peringkat 39 dalam Global 500 milik Fortune. Catatan ini didukung oleh revenue total sebesar 137,33 miliar dolar AS, dengan laba bersih 4,19 juta dolar AS. Jika dilihat dari dua sisi, Honda kali ini unggul dari pesaing dekatnya yaitu Mitsubishi dengan selsish 3 peringkat. Namun di sisi lainnya, Honda harus rela turun 5 peringkat dari posisi 34 ke 39 di tahun 2019.
Tumbuh dan kembangnya perusahaan raksasa ini akan diulas Warta Ekonomi pada Rabu (30/9/2020) kali ini. Dengan mengutip berbagai sumber, kami sajikan uraian tersebut menjadi artikel sebagai berikut.
Honda Motor Company dengan Soichiro Honda adalah dua entitas yang saling terikat. Semua narasi tentang perjalanan dan kesuksesan Honda saling terkait satu sama lain.
Soichiro Honda, pemuda Jepang yang menyandang gelar insinyur mesin dikatakan memiliki tingkat yang setara dengan Henry Ford, bapak pendiri Ford Motor Company. Ia sudah terpesona oleh mesin dan mobil sejak kecil. Saat usianya baru 15 tahun, ia magang di Art Shokai, sebuah bengkel mobil di Tokyo.
Enam tahun kemudian saat umur Honda tepat 21 tahun, ia membuka cabang Art Shokai miliknya sendiri. Di saat yang sama, ia juga terlibat dalam pembuatan dan pengemudian mobil balap.
Dirasa kurang, Honda kemudian mengganti Art Shokai miliknya dengan mendirikan Tokai Seiki Heavy Industry pada 1936. Di bengkel mesinnya itu, Hondai mulai meneliti cara membuat cincin piston.
Berbekal percobaan di bengkel mesin bentukkannya, pada 1938 Honda mulai memusatkan upaya awalnya untuk membuat piston yang sempurna. Kegagalan kerap menghampirinya. Berbekal ketekunan, dia kemudian berhasil membuat piston yang memenuhi standar.
Honda lantas bergegas menjual piston ciptaannya ke Toyota Corporation. Sayang, Toyota menolak piston perdana milik Honda.
Nasib baik menghampiri Honda dua tahun kemudian. Tepat pada 1941 itu, Toyota rupanya memiliki ketertarikan atas piston buatan Honda berikutnya. Perusahaan itu akhirnya memesan komponen itu dalam jumlah besar. Namun sayang, Honda menghadapi kendala besar yang diakibatkan oleh melonjaknya pesanan dan kurangnya bahan baku, yakni semen.
Tahun-tahun itu bertepatan dengan masa Perang Dunia II. Sebab itulah, Honda tak dapat memperoleh semen akibat kelangkaan pasokan. Itu artinya, pria Jepang ini gagal memproduksi piston secara massal.
Baru pada 1945, Honda mendirikan Honda Technical Research Institute. Perkembangannya memang tidak lepas dari kepercayaan Toyota pada cincin piston buatannya tersebut. Namun, seorang investor bernama Takeo Fujisawa, yang sudah dikenalnya sejak awal 1940-an memberikan modal keuangan dan pemasaran untuk perusahaannya.
Tak ayal, pada 1948, Honda Motor Company secara resmi didirikan. Honda yang menggunakan pengalaman yang diperolehnya di Tokai Seiki, dengan cepat memproduksi sepeda motor ringan. Unit itu didukung oleh mesin kecil namun sangat efisien pada masanya.
Takeo Fujisawa berperan mengawasi keuangan dan pemasaran perusahaan Honda. Sementara di sisi lain, Honda berkonsentrasi pada pengembangan teknologi. Fujisawa mengembangkan perusahaan ini semata-mata untuk komersial. Tetapi tidak dengan Honda. Ia berupaya mengejar ambisi untuk membuat kendaraan balap, baik mobil maupun sepeda motor.
Pada 1950, setelah sepeda motor pertamanya diperkenalkan di Jepang, Honda mengejutkan dunia teknik dengan menggandakan tenaga kuda dari mesin empat tak konvensional. Dengan inovasi teknologi ini, perusahaan siap untuk sukses.
Pada 1951, permintaan tinggi, namun produksi lambat. Terutama karena keunggulan desain, Honda menjadi salah satu dari empat atau lima pemimpin industri. Pada 1954 Honda telah menguasai 15 persen pangsa pasar sepeda motor.
Meski begitu, kedua pemilik perusahaan itu memiliki prioritas yang berbeda. Bagi Fujisawa, inovasi mesin berarti peningkatan penjualan dan akses lebih mudah ke pembiayaan. Bagi Honda, mesin tenaga kuda yang lebih tinggi membuka kemungkinan lebih sukses mengejar ambisi balap motornya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: