Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Budi Isman: Menata Perencanaan Bisnis Menuju 2021

KOL Stories x Budi Isman: Menata Perencanaan Bisnis Menuju 2021 Wawancara Jurnalis Warta Ekonomi, Annisa Nurfitriyani, bersama dengan CEO & Founder Biznis.id, Budi Satria Isman pada program KOL Stories. | Kredit Foto: Warta Ekonomi

Menurut Anda, akan seperti apa kondisi bisnis dan ekonomi pada tahun depan?

Pertama, menurut saya, kalau dilihat dari proyeksi pemerintah maka perkiraan saya tahun ini perekonomian Indonesia akan minus 1% atau kalau terbaik pun pertumbuhan ekonomi sebesar 0%. Karena tahun kemarin kan ada pertumbuhan 5% lebih. Kuartal ini kemungkinan kita sudah masuk ke resesi karena sudah dua kali kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi minus.

Nah, saya tidak tahun apakah kuartal terakhir tahun ini perekonomian Indonesia bisa tumbuh positif atau tidak, tapi saya tidak yakin kita bisa plus mungkin 0%. Artinya apa? Kalau pun misalnya tahun depan ada pertumbuhan ekonomi 4-5%, Bank Dunia memperkirakan 4,5%; IMF mungkin lebih optimis. Cuma ingat, bahwa tumbuhnya tahun depan itu setelah minus tahun ini. Jadi, kondisi ekonomi tahun depan tidak akan sama dengan tahun 2019 dan 2020.

Tapi, kalau dilihat per kategori bisnis, pertumbuhan industri berasal dari mana? Kan, makanya kita sebagai pebisnis harus lihat kategori bisnis kita ini apakah kategori bisnis yang akan bisa bangkit langsung tahun depan. Meski ada 180 juta orang yang akan diberikan vaksin, karena memberikan vaksin untuk 180 juta orang itu tidak mungkin sebulan selesai semua. Mungkin akhir tahun ini 10 juta orang, Januari 20 juta orang, mungkin sampai kuartal III tahun depan baru selesai.

Dari sisi logistik saja untuk sebarkan vaksin ke seluruh Indonesia itu tidak gampang. Kalau selesai di kuartal II-2021 maka berarti kita punya setengah tahun yang mungkin lebih normal. Inilah hal yang perlu dipersiapkan di dalam rencana bisnis kita masing-masing yakni bagaimana kita mengatur fase pertumbuhan bisnis.

Jadi, jangan mentang-mentang tahun 2021 nanti ada vaksi maka kita hajar terus untuk investasi dan ekspansi segala macam. Dalam membuat perencanaan bisnis itu ada fase-fasenya. Kuartal I seperti apa, kuartal II bagaimana, mungkin full speed baru bisa dijalankan di kuartal III-2021.

Dari sisi ekonomi, menurut saya, tahun depan masih bisa tumbuh karena tahun ini mungkin minus atau nol. Tapi, ingat bahwa ekonomi kita ini tergantung pada ekonomi global dan banyak negara di dunia ini yang lebih parah dari Indonesia. Jadi, ekspor masih akan terganggu berarti. Dari sisi pendapatan negara dari ekspor tidak bisa diharapkan terlalu banyak. Kalau tahun depan, saya lihat sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 60-70% datangnya dari konsumsi domestik.

Kita masih punya untung, untung populasi kita banyak sekitar 260 juta orang, untung UMKM kita ada banyak sekitar 64 juta pelaku usaha yang mungkin masih bisa survive. Jadi, ini yang harus pebisnis lihat, kemungkinan besar ekonomi kita masih dari konsumsi dalam negeri. Pertanyaannya adalah, masyarakat ini tabungannya sudah mulai habis. Artinya, dari sisi konsumsi walaupun konsumsi domestik dalam negeri masih besar tapi dari sisi volume konsumsi mungkin masih menurun.

Pemerintah, menurut saya, punya planning. Bagaimana pemerintah mencoba untuk memfasilitasi demand creation dari negara ini. Jadi, pemerintah harus memompa konsumsi dari masyarakat. Misalnya, lewat bantuan langsung tunai dan segala macam program lain supaya dana itu yang akan dipakai untuk konsumsi masyarakat. Itu dari sisi demand.

Dari sisi suplai pemerintah harus coba membantu misalnya produksi supaya bisa yang tadinya pabrik sudah ada PHK. Jadi, dari sisi suplai pemerintah harus menyiapkan dana untuk membantu sekarang juga kedua sisi baik dari sisi demand maupun sisi suplai.

Tantangannya adalah di pencairan. Banyak program dengan realisasi anggaran baru 50% padahal kita sudah berada di ujung tahun. Harusnya, bulan Oktober ini sudah tersalurkan minimal 70%. Nah, ini ada kelambatan di birokrasi. 

Jadi, tahun depan memang berbeda, jangan yakin dulu kalau orang divaksin maka ekonomi bisa seperti tahun 2019 atau 2018 belum tentu. Jadi, siapkan rencana bisnis Anda secara bertahap dan prudent investing. Ingat, investasi yang hati-hati tapi jangan berpikir negatif. Kita mesti optimis karena kita punya penduduk dengan jumlah besar yang bisa menyerap produk kita.

Nah, untuk tahun depan apa sektor yang menjanjikan dan sektor yang akan masih menghadapi tantangan?

Pertama, yang pasti apapun yang berhubungan dengan kesehatan, istilahnya bisnis kategori yang ada hubungannya dengan healthy pasti untuk tahun depan akan tetap berkembang. Karena sebelum Covid-19 pun perilaku konsumen untuk hidup sehat sudah ada, cuma dipercepat dengan adanya covid. Sehingga tahun depan bisnis yang berhubungan dengan healthy apapun itu pasti akan ada. 

Kedua, bisnis-bisnis yang akan menggunakan teknologi, internet, dan segala macam dalam membangun bisnis model itu akan berkembang pada tahun depan. Misalnya e-commerce, yang tumbuhnya masih 30% dibandingkan dengan ritel biasa yang masih minus saat ini. Cuma perdagangan lewat internet atau online dari total perdagangan yang ada di Indonesia itu masih kecil banget, kalau tidak salah hanya sekitar 5-6%.

Jadi, sebenarnya bisnis konvensional masih punya peluang banyak. Memang, persoalannya adalah kalau kondisi tidak berubah banyak dari yang sekarang ini maka tentu mereka harus mengubah modal bisnis.

Kemudian sektor apapun yang berhubungan dengan experience agar membuat orang lebih nyaman bekerja secara remote atau kehidupan secara remote. Misalnya, home entertainment seperti TV, live Instagram, semua melakukan remote. Jadi, bisnis yang bisa tap in atau memanfaatkan situasi seperti online education ini saya yakin akan terus ada. Malah, pendidikan konvensional itu bisa hilang suatu saat karena perubahan seperti ini.

Sehingga apapun bisnisnya ini harus menyesuaikan. Tourism pun tahun depan kalau kita sudah bebas dari Covid-19 saya tidak yakin pariwisata akan sama lagi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Karena orang lebih berhati-hati saat ini. Penerbangan juga mungkin cara mereka melakukan SOP sudah berbeda lagi. Kalau tidak, mereka mungkin akan ditinggalkan konsumen. Ritel dan restoran pun mungkin tidak lagi sama.

Ekspor masih kesulitan, komoditas masih kesulitan, walaupun ekonomi agak tumbuh tahun depan tapi mungkin tidak secepat tahun-tahun sebelumnya. 

Boleh bagi kiat supaya bisnis lebih maju?

Kembali, saya sejak tahun 2010 sudah ada 10.300 entrepreneur di Indonesia yang ikut program kami. Saya ikut membina segala macam. Saya lihat perbedaan antara yang bisa survive dan maju tahun ini dengan yang sudah bangkrut begitu saja.

Pertama, apapun bisnis kita harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan makro ini, masalah kesehatan. Kedua, mempersiapkan diri dengan bisnis model yang baru, teknologi. Suka atau tidak suka apapun bisnis model kita nantinya harus di-inject unsur teknologinya. Baik untuk penjualan, komunikasi, logistik, dan supply chain. Warung pun nanti harus ada unsur teknologi yang masuk.

Ketika saya ke China sekitar tiga tahun lalu, itu bukan di Beijing. Ssaya pergi ke Jalur Sutera ke atas di dekat Mongolia. Di situ tukang sayur saja sudah pakai WeChat untuk bisnis. Jadi, bayarnya sudah tidak cash. Kedua, mereka punya data, tidak perlu lagi catatan. Apapun itu semua harus pakai teknologi. Sekarang payment saja sudah ada, tapi persoalannya yang bisnis masih kecil mau atau tidak melakukan perubahan itu?

Karena itu, agar kita siap menghadapi masalah yang terjadi seperti sekarang ini. Itu yang saya namakan bisnis model.

Lalu cara kita cari supply tidak bisa seperti dulu lagi. Di China itu mereka punya supply chain yang luar biasa yang bisa bantu harga-harga di bawah itu bisa sangat murah sehingga mereka bisa dapatkan margin. Di kita pun harus menyesuaikan bisnis model dengan perkembangan teknologi, makro ekonomi, kebijakan pemerintah, dan perubahan dari perilaku konsumen. Itu yang paling penting. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: