Perempuan di India Menjerit Akibat Ketidaksetaraan Gender, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Ketidaksetaraan gender di India telah menimbulkan bahaya bagi perempuan di negara itu. Masalah pelecehan, disebut menjadi salah satu yang akan terus berlangsung jika hal tersebut tidak diubah.
Dilansir The Globalist, India saat ini ditandai oleh dua realitas yang sangat berbeda. Perkembangan ekonomi dan teknologi yang pesat di satu sisi dan pemerkosaan yang terjadi dalam banyak kasus menyebabkan kematian perempuan.
Baca Juga: Orang Terkaya India Mundur Gak Jadi Beli Ritel Sepuh Inggris
Insiden pemerkosaan berkelompok di India terjadi berulang. Ini mencerminkan diskriminasi gender dan kasta yang meluas di negara tersebut.
Pemerkosaan menjadi kejahatan paling umum keempat terhadap perempuan di India. Baru-baru ini, ada dua kasus yang terjadi terhadap perempuan Dalit, di mana total 200 juta perempuan dari daerah tersebut sering menghadapi diskriminasi dan pelecehan.
Salah satu manifestasi paling awal dan paling brutal dari kekerasan terhadap perempuan adalah pembunuhan janin perempuan. Para peneliti untuk The Lancet memperkirakan bahwa lebih dari 600 gadis hilang di India setiap hari karena aborsi berdasarkan jenis kelamin.
Janin perempuan secara selektif diaborsi setelah penentuan jenis kelamin sebelum kelahiran. Terkadang, eliminasi anak perempuan terjadi setelah mereka lahir.
Pembunuhan bayi perempuan, jauh lebih buruk daripada pembunuhan bayi, telah ada selama berabad-abad di India. Praktek pembunuhan janin dimulai pada awal 1990-an, ketika teknik ultrasound digunakan secara luas di India.
Banyak keluarga terus berusaha memiliki anak laki-laki, karena laki-laki lebih dihargai daripada perempuan. Hal tersebut tidak membantu bahwa praktek keagamaan untuk kehidupan akhirat orang tua hanya dapat dilakukan oleh laki-laki, yang menjadikan mereka sebagai simbol status bagi keluarganya.
The Preconception and Prenatal Diagnostic Techniques (PCPNDT) Act, yang disahkan pada 1994, membuat aborsi selektif ilegal, telah ditegakkan dengan buruk.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: