Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Marathon Petroleum, Menjadi Konglomerat Minyak Berkat Tangan Miliuner AS

Kisah Perusahaan Raksasa: Marathon Petroleum, Menjadi Konglomerat Minyak Berkat Tangan Miliuner AS Logo perusahaan Marathon Petroleum. | Kredit Foto: Reuters/John Gress
Warta Ekonomi, Jakarta -

Marathon Petroleum Corporation adalah salah satu perusahaan minyak papan atas di Amerika Serikat (AS). Korporasi ini telah ada pada abad ke-20 dengan berbagai operasinya mulai dari eksplorasi dan produksi hingga penyulingan, pemasaran, dan pendistribusian. 

Perusahaan raksasa dari sektor energi minyak di seluruh dunia tengah goyah di tengah serangan pandemi virus corona atau Covid-19. Tak terkecuali dengan kondisi dari Marathon Petroleum. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Microsoft, Taipan Software Pengantar Bill Gates Jadi Miliuner

6053za_C634.jpg

Dalam catatan Global 500 milik Fortune, Marathon pada 2018-2019 hanya berada di peringkat 72 dengan rerata pendapatan per tahun sebesar 97,10 miliar dolar AS. Capaian ini didukung dengan laba bersih yang diraih mencapai 2,78 miliar dolar AS. 

Keperkasaan Marathon semakin nampak selama tahun operasional 2019-2020. Di tahun ini, Marathon melaju kencang meraih posisi 48 dalam Global 500. Lompatan jauh perusahaan ini tidak lain didukung oleh perolehan 28,5 persen pendapatan tahunan 124,81 miliar dolar AS dari sebelumnya 97,10 miliar dolar. Meski begitu, Marathon tidak mengalami peningkatan dalam laba yang diraihnya.

Pada Selasa (13/10/2020) kali ini, Warta Ekonomi berkesempatan mengulas perjalanan perusahaan raksasa dari AS ini. Berbekal sejumlah sumber, kami sajikan uraian kisah taipan tersebut menjadi tulisan sebagai berikut. 

Perjalanan dimulai pada abad ke-19. Ketika itu, Henry M. Ernst bersama empat rekannya pada Agustus 1887 mendirikan Ohio Oil Company. Di kota Ohio itu, perusahaan memulai eksplorasi sekaligus produksi minyaknya. 

Ohio Oil dengan cepat menjadi produsen minyak mentah terbesar di Ohio. Selama dua tahun kesuksesan pertumbuhannya, John D. Rockefeller, orang terkaya dari AS sekaligus pemilik Standard Oil Trust pada 1889 membeli perusahaan minyak Ohio tersebut. Berkat tangan dingin Rockefeller, jalur bisnis Ohio kian cemerlang.

1953.jpg

Ohio segera memantapkan dirinya sebagai perusahaan minyak besar dengan menguasai setengah dari produksi minyak di tiga negara bagian pada 1908. Namun sayang, pada 1911, ketika Standard Oil dibubarkan oleh pemerintah AS atas dasar monopoli minyak Ohio terpakasa kembali beroperasi sebagai perusahaan independen. 

Dengan status barunya ini, Ohio kemudian menunjuk orang baru untuk duduk di kursi presiden perusahaan. Adalah James Donnell, pengusaha veteran dalam sektor minyak yang berkesempatan memimpin Ohio. Di bawah kendalinya, Ohio memperluas bisnisnya ke wilayah Wyoming dan sekitarnya. 

Dengan status barunya ini, Ohio banyak mengambil langkah signifikan pada awal abad ke-20. Pada 1915, Ohio resmi memiliki 1.800 mil pipa minyak dengan fasilitas penyimpanannya. Di tahun yang sama, Ohio membeli Lincoln Oil Refining Company untuk mengintegrasikan dan mengembangkan unit-unit minyak mentah miliknya.

Selain itu, pengakuisisian ini dilakukan atas dasar meningkatnya kebutuhan untuk memasarkan produk selaras dengan kebutuhan bahan bakar akibat melonjaknya jumlah kendaraan bermotor (mobil) pada saat itu.

Raksasa dari Ohio itu pada 1926 menemukan ladang minyak baru di Yates, Permian Basin, di wilayah New Mexico dan West Texas. Perusahaan dengan cepat menyadari bahwa Ohio melakukan langkah besar dalam eksplorasi minyaknya. Atas dasar ini, Ohio sadar membutuhkan lebih banyak gerai untuk memasarkan produknya. Pada 1930, Ohio mulai mendistribusikan produk Linco-nya ke seluruh Ohio, Indiana, Illinois, Michigan, dan Kentucky. 

1930.jpg

Ohio lagi-lagi melakukan perluasan dengan membeli Transcontinental Oil Company pada 1930. Perusahaan yang dibeli Ohio ini diketahui memiliki kilang minyak cukup luas di Texas dan memiliki merek dagang yang besar pada saat itu bernama Marathon. 

Ohio akhirnya mengadopsi nama Marathon menggantikan Linco untuk merek dagangnya secara resmi. Di bawah nama Marathon, perusahaan melakukan langkah signifikan pada 1929 dengan membuka beberapa stasiun bahan bakar di Dallas. 

Merek Marathon terbukti sangat populer. Pada Perang Dunia II, Ohio menggarap lima wilayah negara bagian di AS menjadi daerah pemasarannya. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: