Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gelombang Kedua Corona di Eropa Lebih Buruk dari Pertama karena...

Gelombang Kedua Corona di Eropa Lebih Buruk dari Pertama karena... Kredit Foto: Antara/REUTERS/Eric Gaillard

Lelah dengan pembatasan saat musim panas

Musim panas adalah musim liburan dan merupakan kesempatan emas bagi perekonomian Eropa, sehingga banyak negara mencabut berbagai batasan untuk mengaktifkan pariwisata.

Banyak orang merasa telah memperoleh kembali kebebasan mereka dan merasa lebih tidak perlu mematuhi aturan menjaga jarak fisik selama musim panas, seperti yang sedang diteliti Imperial College di London, Inggris.

Para peneliti menemukan bahwa banyak orang Eropa yang disurvei telah melonggarkan perilaku mereka dalam beberapa bulan terakhir, dibandingkan pada bulan April yang lalu.

Memang, gelombang kedua Eropa menunjukkan adanya unsur kelelahan akibat sejumlah pembatasan yang diberlakukan berbulan-bulan pada kehidupan sehari-hari yang menggoyahkan ekonomi.

Direktur WHO Eropa Dr Hans Kluge mengakui: "Sangat mudah dan alami untuk merasa apatis dan kehilangan motivasi, serta kelelahan."

Ia meminta otoritas Eropa untuk mendengarkan publik dan bekerja sama dengan mereka melalui "cara yang baru dan inovatif" untuk membangkitkan kembali perang melawan COVID-19.

Pembatasan berlaku lagi, tapi belum "lockdown" nasional

Dalam beberapa pekan terakhir, banyak pemimpin Eropa telah mengumumkan pembatasan yang lebih terfokus dan terlokalisasi, tetapi belum ada yang memberlakukan "lockdown" nasional.

Pemerintah Perancis memberlakukan kembali pembatasan di banyak daerah perkotaan, termasuk membatasi kapasitas restoran dan ruang kelas di sekolah, serta menutup bar dan pusat kebugaran.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez memperkenalkan pembatasan perjalanan ke dan dari Madrid, yang telah memicu protes dan membuat administrasinya dilabeli "kriminal dan totaliter" oleh para lawan politiknya dari sayap kanan.

Seperti Perancis dan Spanyol, pemerintah Inggris tidak berencana untuk menerapkan kembali "lockdown" nasional meskipun ada sejumlah kasus yang tercatat.

Perdana Menteri Boris Johnson telah memilih menerapkan "pendekatan yang proporsional" dengan memberlakukan sistem peringatan yang terbagi menjadi tiga tingkat di seluruh Inggris - sedang, tinggi, dan sangat tinggi --tergantung pada tingkat keparahan wabah.

Sebelum munculnya gelombang kedua di Eropa, Jerman menjadi panutan bagi pendekatannya yang berhasil memerangi virus. Gambaran ini akan sulit dipertahankan, karena dalam beberapa hari terakhir negara ini telah mengalami peningkatan kasus harian tertinggi sejak puncaknya pada awal April.

Ibu kota Jerman, Berlin, yang terkenal dengan kehidupan malamnya, sejak 10 Oktober lalu mengalami aturan jam malam untuk yang pertama kalinya dalam 70 tahun terakhir.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: