Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib 5 Perusahaan Milik Sandiaga Uno: Yang Untung Ada, Yang Buntung Juga Ada!

Nasib 5 Perusahaan Milik Sandiaga Uno: Yang Untung Ada, Yang Buntung Juga Ada! Kredit Foto: Instagram @sandiuno

3. Adaro Energy

Sandiaga tercatat memiliki saham di perusahaan pertambangan milik Garibaldi Thohir, yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Seperti kebanyakan emiten pertambangan lainnya, kinerja Adaro pada paruh pertama tahun ini terbilang tak maksimal. 

Hal itu tercermin melalui anjloknya laba bersih ADRO sedalam 47,75% dari US$298,86 juta atau setara Rp4,38 triliun pada semester I 2019 menjadi US$155,09 juta atau setara Rp2,27 triliun pada semester I 2020. Penurunan laba bersih tersebut terimbas dari pendapatan perusahaan yang terkoreksi pada paruh pertama tahun ini.

Dilansir dari laporan keuangan perusahaan, Adaro tercatat mengantongi pendapatan sebesar US$1,36 miliar (setara Rp19,99 triliun) pada semester pertama tahun 2020. Capaian tersebut menurun 23% dari semester pertama tahun 2019 yang kala itu mencapai US$1,77 miliar (setara Rp26,01 triliun). 

Dari total pendapatan tersebut, sektor pertambangan menyumbang sebesar US$1,26 miliar atau 23% lebih rendah dari kontribusi tahun lalu yang mencapai US$1,64 miliar. Sumbangsih dari sektor jasa pertambangan juga menurun 28% secara tahunan, yakni dari US$103 juta menjadi US$74 juta. Begitu pun dengan kontribusi pendapatan lainnya yang ikut turun sedalam 27% dari US$37 juta menjadi US$27 juta.

Presiden Direktur dan CEO ADRO, Garibaldi Thohir, mengaku bahwa koreksi pendapatan dan laba perusahaan merupakan imbas dari menurunnya volume penjualan batu bara seiring dengan pemberlakuan lockdown di negara-negara pengimpor batu bara. Dengan kondisi tersebut, permintaan terhadap komoditas batu bara pun ikut menurun pada semester I 2020 ini.

Ia melanjutkan, perlambatan ekonomi global dan penurunan aktivitas industri menjadi tantangan besar bagi ADRO sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Meski begitu, ia menilai perusahaan mampu mengupayakan kinerja secara maksimal di tengah tantangan yang ada.

"Kita tidak dapat memungkiri bahwa kinerja Adaro pada 1H20 tidak kebal dari dampak penurunan permintaan batu bara yang terjadi karena wabah Covid-19. Namun, kami tetap memaksimalkan upaya untuk terus berfokus pada keunggulan operasional bisnis inti perusahaan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas, dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha," pungkasnya dalam keterangan resmi, Selasa, 29 September 2020.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa ADRO akan tetap fokus pada pengendalian biaya dan pemertahanan oprasional yang efisien terhadap rantai pasokan batu bara yang dimiliki perusahaan. Hal itu salah satunya tercermin dari beban pokok pendapatan yang angkanya membaik 14% dari US$1,21 miliar pada tahun 2019 menjadi US$1,04 miliar pada tahun 2020.

"Walaupun masih harus menghadapi tantangan ini untuk beberapa saat ke depan, kami tetap yakin bahwa fundamental sektor batu bara dan energi di jangka panjang tetap kokoh, terutama karena dukungan aktivitas pembangunan di engara-negara Asia," lanjutnya.

4. Mitra Pinasthika Mustika

Perusahaan berikutnya yang dimiliki oleh Sandiaga Uno adalah PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). Di tengah pandemi, MPMX harus menelan pil pahit karena merugi sebesar Rp89,93 miliar pada semester I 2020. Nilai tersebut bertolak belakang dengan semester I 2019 lalu, di mana MPMX mampu mengantongi keuntungan bersih hingga Rp249,98 miliar.

Kinerja keuangan yang berbalik menjadi negatif itu terjadi seiring dengan amblasnya pendapatan MPMX sedalam 31,09% secara ytd. Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, pendapatan MPMX semester pertama tahun lalu mencapai Rp8,01 triliun, sedangkan semester pertama tahun ini hanya tercatat sebesar Rp5,53 triliun.

Jika dirincikan, penyumbang terbesar atas pendapatan MPMX pada paruh pertama tahun ini adalah penjualan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat beserta suku cadang, yakni mencapai Rp4,90 triliun. Namun, kontribusi itu pun menurun dari tahun lalu yang mencapai Rp7,30 triliun. 

Pendapatan dari penjualan minyak pelumas juga ikut merosot, yaitu dari yang sebelumnya Rp133,95 miliar menjadi hanya Rp76,12 miliar. Begitu pula dengan pendapatan dari sewa kendaraan yang menurun tipis dari Rp464,32 miliar per Juni 2019 menjadi Rp419,54 miliar per Juni 2020. Pada saat yang bersamaan, pendapatan lainnya tercatat naik dari Rp110,48 miliar menjadi Rp129,66 miliar.

Perlu diketahui, MPMX berhasil menekan beban usaha dari yang sebelumnya Rp464,83 miliar pada Juni 2019 menjadi Rp443,59 miliar pada Juni 2020. Pada periode itu juga, beban lainnya ditekan dalam-dalam dari Rp12,33 miliar menjadi Rp4,09 miliar. 

Namun, kinerja keuangan MPMX masih berat ketika beban keuangan membengkak signifikan dari Rp13,03 miliar pada tahun lalu menjadi Rp35,96 pada tahun ini. Selain itu, perusahaan juga harus menanggung rugi entitas asosiasi sebesar Rp202,31 miliar, di mana tahun lalu tercatat untung sebesar Rp12,63 miliar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: