PT Tower Bersama Infrastructure Tbk.(TBIG) perusahaan penyewaan menara telekomunikasi ini berhasil memperoleh untung sebesar Rp747 miliar dari Januari hingga September 2020 ini. Angka tersebut naik 22% jika dibandingkan dengan keuntungan periode yang sama tahun lalu Rp611 miliar.
Kenaikan laba didorong oleh peningkatan pendapatan perseroan yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp3,93 triliun hingga September 2020 naik sekitar 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,47 triliun.
Kinerja yang monccer tersebut diperoleh perseroan dari penyewaan menara kepada perusahaan telkomunikasi seperti Telkom, Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Smartfren.
Baca Juga: Perusahaan Tower Sandiaga Cari Utang di Singapura Senilai Rp10 triliun Lebih
CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, mengungkapkan bila per 30 September 2020, TBIG memiliki 31.703 penyewaan dan 16.215 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 16.093 menara telekomunikasi dan 122 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 31.581, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,96.
“Kami telah melampaui panduan tahun 2020 kami sebanyak 3.000 penyewaan dengan penambahan organik kotor kami sebanyak 3.319 penyewaan untuk sembilan bulan pertama tahun 2020. Pertumbuhan kolokasi yang kuat dan berkelanjutan telah meningkatkan rasio kolokasi kami menjadi 1,96, dari 1,85 pada akhir tahun 2019. Kami fokus untuk mengeksekusi pesanan yang kami terima dari pelanggan telekomunikasi kami saat mereka memadatkan jaringan mereka di seluruh negeri,” katanya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (26/10/2020).
Baca Juga: Bisnis Telekomunikasi Moncer, TBIG Kantongi Pendapatan Rp2,58 Triliun
Sementara itu, Ia menuturkan jika total pinjaman (debt) Perseroan, jika pinjaman dalam mata uang US Dollar sebesar
Rp22,4 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10,2 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp574 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp21.833 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp9,62 triliun.
Menggunakan EBITDA triwulan ketiga 2020 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,04x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,63x, dibawah ketentuan surat utang kami yang mensyaratkan rasio total pinjaman (diukur dengan menggunakan kurs lindung nilai) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan untuk tidak lebih dari 6.25x.
CFO dari TBIG, Helmy Yusman Santoso mengungkapkan bahwa bisnis perseroan memiliki arus kas yang kuat, didorong oleh kontrak pendapatan berulang yang dapat diprediksi dari pelanggan telekomunikasi. Meskipun perseroan juga membagikan Rp606 miliar dividen pada bulan Juni, pertumbuhan kolokasi yang kuat telah menurunkan rasio leverage secara signifikan dari 5,04x pada akhir tahun 2019 menjadi level 4,63x saat ini.
“Kreditur kami tetap berkomitmen untuk mendukung kami untuk tumbuh secara organik dan anorganik. Pada bulan September, kami memiliki program baru Obligasi Rupiah Berkelanjutan IV dengan jumlah total hingga Rp7 triliun, berlaku selama dua tahun. Kami memiliki arus kas operasional yang kuat dan komitmen Fasilitas Revolving Credit yang signifikan,” tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: