Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biden Belum Resmi Jadi Presiden AS, Netanyahu Sudah Wanti-wanti Hal Ini

Biden Belum Resmi Jadi Presiden AS, Netanyahu Sudah Wanti-wanti Hal Ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memakai masker pelindung saat ia tiba untuk pengambilan suara tentang persetujuan kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab di Knesset, parlemen Israel, di Jerusalem, Kamis (15/10/2020). | Kredit Foto: Antara/Alex Kolomoisky/Yedioth Ahronoth/POOL via REUTERS
Warta Ekonomi, Washington -

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengirim peringatan jelas kepada pihak politik Amerika Serikat (AS) untuk tidak bergabung kembali dengan perjanjian nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Hal itu menyusul proyeksi Iran bahwa AS bakal kembali ke kesepakatan nuklir 2015 jika presiden terpilih Joe Biden menang.

"Tidak boleh ada cara untuk kembali ke perjanjian nuklir sebelumnya. Kita harus tetap berpegang pada kebijakan tanpa kompromi untuk memastikan bahwa Iran tidak mengembangkan senjata nuklir," ujar Netanyahu saat upacara peringatan Perdana Menteri Israel pertama David Ben-Gurion, Minggu  (22/11/2020) waktu setempat dikutip laman Sputnik.

Baca Juga: Sikapnya Masih Teguh, Ini Alasan Putin Gak Ucapkan Selamat ke Biden

"Terima kasih atas pendirian kami yang teguh melawan nuklirisasi Iran, dan penentangan kami terhadap perjanjian nuklir dengan Iran, banyak negara Arab telah mengubah pendekatan mereka secara fundamental terhadap Israel," ujarnya menambahkan.

Meski demikian, Perdana menteri Israel tidak menyebut nama Biden. Namun beberapa media Israel termasuk The Jerusalem Post, i24, dan ynet menganggap pernyataan itu sebagai pesan yang tidak terlalu halus kepada calon presiden terpilih.

Presiden terpilih Biden telah menyatakan kesediaan untuk menyewakan kesepakatan nuklir tersebut pada kesempatan menulis di sebuah artikel di Foreign Affairs edisi Maret/April 2020. Dalam pernyataannya saat itu, Biden mengindikasikan bahwa AS bakal masuk kembali ke dalam kesepakatan jika kepatuhan ketat dengan kesepakatan oleh pihak Iran.

Di tempat lain, kampanyenya telah mengisyaratkan kemungkinan untuk menegosiasikan ulang perjanjian penting tersebut.

Berbicara kepada media AS pada malam pemilihan 3 November, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa pernyataan kubu Biden sehubungan dengan Iran adalah hal yang menjanjikan. Meski menurutnya Teheran harus menunggu dan melihat kebijakan yang akan diambil oleh pemerintahan baru AS.

"Yang penting bagi kami adalah bagaimana Gedung Putih berperilaku setelah pemilu, bukan apa yang dijanjikan, slogan apa yang dibuat. Perilaku AS itu penting. Jika AS memutuskan untuk menghentikan perilaku buruknya terhadap Iran, maka ceritanya akan berbeda tidak peduli siapa yang duduk di Gedung Putih," kata Menlu Zarif.

Israel berhasil melobi pemerintahan Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada Mei 2018. Perdana Menteri Netanyahu secara pribadi mengadakan presentasi intelijen di mana dia menuduh bahwa Mossad telah menyusup ke arsip nuklir rahasia di Teheran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: