Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Vaksin Oxford 90% Efektif, Apa Kabar Sinovac China yang Dipesan Indonesia?

Vaksin Oxford 90% Efektif, Apa Kabar Sinovac China yang Dipesan Indonesia? Kredit Foto: Antara/REUTERS/Thomas Peter

Kapan vaksin tersedia untuk masyarakat Indonesia?

Pemerintah menargetkan akan mengimpor tiga juta dosis Sinovac. Uji klinis di Bandung terhadap vaksin itu harus berlangsung enam bulan atau selesai sekitar April mendatang.

Terdapat opsi percepatan uji klinis, namun dikritisi sejumlah akademisi. Isunya menyoal kriteria kegentingan yang harus didasarkan pada data sahih.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, menyebut pengembangan vaksin harus melalui berbagai tahap. Prinsip utama yang dikedepankan, kata dia, adalah keamanan terhadap keselamatan orang-orang yang menerimanya.

"Keinginan kita tentu agar vaksin segera tersedia, tapi di atas itu semua ada faktor yang paling penting, yaitu safety. Jadi BPOM dan badan serupa di setiap negara akan mengkaji uji klinis fase ketiga," ujar Amin via telepon.

"Kalau dianggap sudah aman, mereka akan mengeluarkan emergency use authorization. Untuk menerbitkan itu, butuh data yang sangat lengkap, tidak begitu saja bisa diberikan," tuturnya.

'Vaksin Merah Putih masih butuh lebih dari setahun'

Eijkman adalah satu dari enam lembaga yang ditugaskan pemerintah untuk mengembangkan vaksin Merah Putih.

Dikerjakan dari Maret lalu, Amin berkata proses pengembangan vaksin itu kini mencapai sekitar 50% dalam skala laboratorium.

Eijkman diberi tenggat 12 bulan untuk menyerahkan bibit vaksin Covid-19 ke perusahaan farmasi milik negara, Bio Farma.

"Setelah itu akan dilanjutkan Bio Farma untuk proses uji klinis fase pertama sampai ketiga. Mungkin sekitar awal tahun 2022 baru tersedia bagi masyarakat," kata Amin.

Bagaimanapun, menurut Sidrotun, pengembangan vaksin Merah Putih akan menjadi pencapaian ilmu pengetahuan Indonesia karena dikerjakan secara kilat.

"Ini pekerjaan yang sangat tidak mudah. Kerja mati-matian. Biasanya skala laboratorium butuh 3 sampai 5 tahun untuk riset, sekarang diminta 12 bulan. Lalu masuk uji hewan, uji klinis, dan masuk ke Bio Farma," tuturnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: