Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Vaksin Oxford 90% Efektif, Apa Kabar Sinovac China yang Dipesan Indonesia?

Vaksin Oxford 90% Efektif, Apa Kabar Sinovac China yang Dipesan Indonesia? Kredit Foto: Antara/REUTERS/Thomas Peter

Bagaimana dengan vaksin yang dipesan dan dikembangkan Indonesia?

Di Indonesia, belum ada temuan seberapa ampuh vaksin Sinovac yang dipesan dari perusahaan asal China. Uji klinisnya baru akan selesai April 2021.

Adapun vaksin Merah Putih yang dikembangkan enam lembaga sains lokal masih di skala laboratorium.

Lantas apa makna capaian AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech bagi kebijakan pengadaan vaksin Covid-19 oleh pemerintah Indonesia?

Hasil inovasi vaksin untuk mengatasi Covid-19 kini diperebutkan oleh berbagai negara, kata virolog sekaligus analis kebijakan publik, Sidrotun Naim.

Karena sejak awal tidak bekerja sama dengan Pfizer, dia menyebut Indonesia berpeluang kecil membeli vaksin yang tingkat efikasi atau khasiatnya mencegah Covid-19 diklaim mencapai 90% itu.

Sidrotun menilai, pemerintah mesti tetap berfokus pada uji klinis vaksin Sinovac dan pengembangan vaksin Merah Putih.

"Pfizer tahun ini hanya bisa produksi 50 juta dosis vaksin atau untuk 25 juta orang. Artinya kita tidak akan kebagian. Kalau kita tiba-tiba mau buat perjanjian dengan Pfizer, harganya pun pasti berbeda," kata Sidrotun via telepon, Selasa (10/11/2020).

"Kapasitas produksi Pfizer tahun 2021 diklaim bisa 1,3 miliar dosis, artinya untuk 650 juta orang. Inggris sudah pesan 30 juta dosis dan seluruh dunia rebutan.

"Uji klinis Sinovac kalau mendesak dan perlu emergency use authorization bisa dipercepat, tergantung BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kalau aman dan efikasi tinggi, bisa segera diproduksi Bio Farma," ujarnya.

Seberapa ampuh vaksin yang dipesan Indonesia?

Indonesia memiliki komitmen pembelian vaksin jadi dari tiga produsen asal China, yakni Cansino, G42/Sinopharm, dan Sinovac.

Khusus Sinovac, uji klinisnya masih berlangsung di Bandung, Jawa Barat.

Brasil sempat menggelar uji klinis Sinovac, tapi pada Oktober lalu, Presiden Jair Bolsonaro memutuskan untuk tidak membeli vaksin tersebut.

Sidrotun menyebut keputusan Brasil membatalkan pembelian Sinovac itu tak lepas dari unsur politik.

Hingga saat ini, belum ada pengumuman seberapa tinggi tingkat efikasi Sinovac. Namun merujuk pengembangan vaksin sebelumnya, Sidrotun menyebut efikasi tidak mesti mendekati 100%.

"Selama ini 50-60% dianggap cukup. Pfizer bisa 90% dengan dua dosis. Cacar air dua dosis juga 97%. Vaksin influenza 46% sudah oke karena tidak dua dosis," tuturnya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menjamin vaksin yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat aman dan sudah teruji.

Wiku mengklaim hal itu saat mengomentari hasil jajak pendapat skala nasional lembaga survei Populi Center, bahwa 40% responden mereka tidak bersedia mengikuti vaksinasi pemerintah.

"Vaksin merupakan virus yang dilemahkan, pada prinsipnya tidak berbahaya. Vaksin yang masuk ke tubuh akan menstimulasi imunitas tubuh," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/11/2020) petang.

"Pemerintah pastikan vaksin ini aman digunakan manusia karena melalui tahap pra klinis dan klinis. Risiko yang ditimbulkan vaksin rendah, manfaatnya lebih tinggi," ujarnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: