Saat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengunjungi kantor Mensesneg, pada awal Agustus 2017, untuk mengantarkan undangan peresmian berdirinya The Yudhoyono Institute, AHY mengendarai mobil jenis double cabin merk Nissan Navara warna hitam, Pak Pratikno sempat berdecak kagum, “mobilnya garang, mas AHY.” AHY hanya tersenyum saja.
Bagi para tentara aktif dan mantan tentara, memiliki mobil garang memang menjadi semacam obsesi tersendiri. Jika perlu, mobil-mobil tua pun dimodifikasi ulang. Sampai sekarang, masih banyak purnawirawan TNI yang menyimpan jip-jip militer klasik. Kabarnya, almarhum Jenderal TNI Purn. Sarwo Edhie Wibowo, Jenderal TNI Purn. Ryamizard Ryacudu dan Letjen TNI Purn. J. Suryo Prabowo masih menyimpan Jeep Utility jenis M151 A2, sang legendaris dalam Perang Dunia II.
Baca Juga: AHY: Menangkan Satu Juta Harapan Masyarakat Kendal
AHY muda belajar menyetir dari ibunya, almarhumah Ny. Ani Yudhoyono. Waktu itu mobil yang digunakan adalah sedan Mitsubishi Lancer warna putih tahun 1990-an, lungsuran dari alm. Letjen TNI Purn. Sarwo Edhi Wibowo, ayahanda bu Ani. Tapi sejak saat itu, AHY justru jarang berada dibalik kemudi.
Ia bersekolah di SMA Taruna Nusantara, Magelang, yang melarang para siswanya membawa mobil ke sekolah. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer di Magelang, yang juga melarang para tarunanya membawa kendaraan ke akademi.
Lulus terbaik dan meraih penghargaan Adhi Makayasa, AHY ditugaskan di Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad 305/ Tengkorak di Karawang. Pada masa ini, meski dibolehkan, AHY sungkan membawa mobil ke dalam asrama tempat tinggalnya, menghormati beberapa seniornya yang belum bermobil.
Pada saat sudah memiliki yunior di satuan, AHY disarankan perwira yang lebih senior untuk membawa kendaraan sendiri guna memudahkan mobilitas dinas.
Ia kemudian membeli kendaraan bekas, Kijang kapsul, keluaran tahun 90-an akhir. Tapi mobil ini tidak hanya dipakai sendiri. AHY mempersilakan anggotanya memakai mobil tersebut jika ada yang sakit atau ada istri anggota yang mau melahirkan.
Dari Kijang kapsul, AHY beralih ke Suzuki Escudo keluaran tahun 2000-an awal. Ini kendaraan yang banyak dipakai perwira TNI pada saat itu. Selang beberapa tahun, AHY mengganti mobilnya dengan Mitsubishi Strada L200 double cabin, warna hitam. Mobil kabin ganda seperti ini biasanya hanya dipakai di pertambangan atau perkebunan, jadi jarang terlihat di perkotaan. Oleh AHY dipermak hingga terlihat lebih gagah. Kagum, rekan-rekan bahkan senior-seniornya berkomentar, “Harusnya kendaraan tentara seperti ini.”
Kendaraan para perwira TNI pada era awal Orde Baru, memang umumnya terlihat garang. Alm. Jenderal TNI M. Yusuf saat menjabat Panglima ABRI, melakukan pengadaan besar-besaran kendaraan-kendaraan garang untuk para perwiranya; seperti Land Rover jenis Defender, Toyota Land Cruiser atau Jeep CJ-7. Jenis kendaraan yang terakhir ini pernah dipakai oleh Mayor Inf Susilo B. Yudhoyono saat menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 744 di Timor-timur, tahun 80-an.
Namun, yang menarik ketika itu, kendaraan mulai dari Panglima berpangkat jenderal bintang empat hingga Komandan Kompi berpangkat Kapten, jenisnya tidak jauh berbeda, termasuk dari kisaran harganya. Bahkan, para Komandan Kompi berpangkat Letnan Satu-Kapten, diberikan fasilitas kendaraan jenis Land Rover; sedangkan Komandan Batalyon berpangkat Mayor-Letnan Kolonel menggunakan Jeep CJ-7 dan Komandan Brigade berpangkat Kolonel menggunakan Toyota Land Cruiser.
Tapi seiring dengan berlalunya waktu, harga kendaraan-kendaraan yang gagah ini terus melambung dan terkena pajak barang mewah. Harga Land Cruiser, Jeep dan Land Rover, misalnya, bisa tembus milliaran rupiah.
Oleh karena itu, Mabes TNI memutuskan membeli kendaraan pengganti seperti Isuzu Panther, Suzuki Vitara dan Suzuki Escudo bagi para Komandan Batalyon, dan Suzuki Katana bagi para Komandan Kompi. Itupun tidak semuanya kebagian.
Di Kostrad, tempat AHY bertugas, kendaraan Komandan Batalyon pada waktu itu adalah KIA Sportage, yang dibeli dari hasil pengadaan tahun 2000-an.
Tidak heran jika kendaraan double cabin yang digunakan AHY menjadi bahan percakapan positif dan menginspirasi para Jenderal atasannya. AHY dianggap kreatif dan visioner. Saat harus mengirimkan pasukan perdamaian PBB Kontingen Garuda (2006-2007), Mabes TNI membeli Mitsubishi Strada L200 double cabin sebagai kendaraan dinas bagi para perwiranya.
Bagi para perwira di tanah air, TNI juga mengadakan pengadaan besar-besaran kendaraan jenis double cabin untuk para perwira dan komandan satuan. Saat itu, yang dipilih adalah merk Isuzu, jenis OZ, atau sejenis dengan Isuzu D-Max. AHY pun sempat mengendarai double cabin merk Isuzu OZ ini, saat bertugas sebagai Kepala Seksi Operasi tahun 2011 di Brigif Lintas Udara-17/Kujang, Pasukan elite di jajaran Kostrad. Kata AHY, “Mobil Isuzu OZ ini lungsuran dari kendaraan dinas Komandan Brigade.”
Di militer, memang ada semacam tradisi, jika Komandan mendapatkan kendaraan dinas baru, maka kendaraan dinas lamanya akan dihibahkan menjadi kendaraan dinas bawahannya. Mobil Isuzu OZ ini pun dipermak oleh AHY, sehingga banyak yang naksir dan menirunya.
Ketika AHY ditugaskan menjadi Komandan Batalyon Infanteri 203/Arya Kamuning di Tangerang (2015-2016), sebagaimana para Komandan Batalyon lainnya, ia diberi fasilitas kendaraan dinas dari TNI merk Mitsubishi Triton double cabin warna hijau. Sampai sekarang, AHY masih tersenyum saat ingat bagaimana kendaraan double cabin-nya bisa menjadi inspirasi bagi para jenderal atasannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Ferry Hidayat