Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kelakuan Negara Kaya Borong Vaksin Bikin 10 Negara Miskin Gak Kebagian, Aduh Gawat!

Kelakuan Negara Kaya Borong Vaksin Bikin 10 Negara Miskin Gak Kebagian, Aduh Gawat! Kredit Foto: Antara/Setpres-Muchlis Jr
Warta Ekonomi, London -

Sembilan dari 10 orang di negara miskin tidak akan mendapatkan vaksin pada tahun depan. Itu karena negara kaya akan memborong banyak vaksin sesuai dengan kebutuhan mereka negara miskin.

Negara kaya yang memiliki 14% dari populasi global justru memborong 53% dari total vaksin yang menjanjikan pada bulan lalu. Hal itu diungkapkan People's Vaccine Alliance, koalisi yang terdiri dari Oxfam, Amnesty International dan Global Justice Now.Mereka pun menuntut keadilan sosial bagi seluruh masyarakat dunia baik kaya dan miskin.

Baca Juga: Gak Kompak! WHO Bilang Sunnah, PBB Justru Vaksinasi Wajib buat Semua Orang

Mereka mengatakan perusahaan farmasi yang bekerja mengembangkan vaksin seharusnya membuka data hak kekayaan intelektual dan teknologi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

“Seharusnya tidak boleh ada pertarungan antar negara untuk mengamankan dosis vaksin yang cukup,” jelas Mohga Kamal-Yanni, penasihat People's Vaccine Alliance (PVA), kepada Reuters.

“Selama masa yang tidak pasti saat pandemic global, kehidupan rakyat dan kehidupan seharusnya diutamakan dibandingkan keuntungan perusahaan farmasi,” kata Kamal-Yanni.

PVA mengungkapkan, di saat kelompok rentan sudah mendapatkan vaksin pada Selasa lalu di Inggris, Sebagian besar orang manula di Bhutan, Ethiopia, dan Haiti cenderung tertinggal. Tiga vaksin yang telah mengumumkan efisiensi dan efektivitasnya yakni Moderna dan Pfizer telah diborong oleh negara kaya.

Sedangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford justru berjanji akan menyediakan 64% dosis vaksin mereka untuk negara berkembang. Itu akan menjangkau 18% populasi dunia pada tahun depan. Vaksin tersebut dikenal lebih murah dan lebih mudah disimpan sehingga memudahkan dalamproses distribusi.

PVA menggunakan data informasi sains dan perusahaan analisis Airfinity untuk menganalisis kesepakatan antara negara dan delapan kandidat vaksin, termasuk Sinovac dari China dan Sputnik V dari Rusia.

Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris,Kanada, Jepang, Swiss, Australia, Hong Kong, Makau, Selandia Baru, Israel dan Kuwait sudah mengakuisis 53% dosis vaksin. Oxfam mencatat bahwa Kanada membeli vaksin yang mampu memvaksin sebanyak lima kali untuk penduduknya.

“Dengan membeli mayoritas vaksin suplai vaksin dunia, negara kaya sudah melanggar kewajiban menghormati hak asasi,” kata Steve Cockburn, Kepala Keadilan Sosial dan Ekonomi Amnesty International.

Sebelum sudah ada komitmen vaksin yang disebut dengan Covax untuk mengamankan lebih dari 700 juta dosis vaksin untuk distribusikan kepada 92 negara berpendapatan rendah. Namun, APV menyebutkan komitmen tersebut tidak cukup. Mereka menuntut agar alih teknologi produksi vaksin bisa dilakukan sehingga vaksin bisa diproduksi lebih banyak. 

“Seharusnya tidak boleh ada blockade vaksin untuk menyelamatkan kehidupan orang karena banyak negara yang tidak memiliki uang,” kata Manajer Kebijakan Kesehatan Oxfam, Anna Marriott.

”Meskipun ada perubahan drastic, miliaran orang di dunia tidak akan mendapatkan vaksin yang aman dan efektif untuk Covid-19 yang bisa masih bisa bertahan dalam beberapa tahun mendatang,” katanya.

Sementara itu,seorang nenek di Inggris menjadi orang pertama di dunia yang mendapatkan vaksin Covid-19, Pfizer. Margaret Keenan, dari Enniskillen, mengatakan bahwa dia merasa "sangat terhormat" menerima suntikan vaksin di Rumah Sakit Universitas Coventry.Keenan, yang akan berulang tahun ke-91 minggu depan mengatakan vaksin itu, merupakan hadiah awal ulang tahun terbaik.

Keenan divaksin sebagai program dari 800.000 dosis vaksin Pfizer/BioNTech yang akan diberikan dalam beberapa minggu ke depan. Sekitar empat juta orang dijadwalkan akan divaksin pada akhir bulan ini.

Berbagai fasilitas kesehatan di Inggris akan memberikan vaksinasi kepada mereka yang berusia di atas 80 tahun, serta para petugas kesehatan. Langkah pertama vaksinasi ditujukan untuk melindungi mereka yang paling rentan.

Menteri Kesehatan Matt Hancock, yang menyebut hari Selasa (8/12/2020) ini sebagai hari Vaksin, mengatakan vaksinasi ini merupakan penghormatan atas upaya ilimah dan kemanusiaan serta kerja keras banyak orang.

"Hari ini menandai dimulainya langkah memerangi musuh bersama, virus corona," kata Hancock.

Hancock mengatakan vaksinasi ini merupakan tugas dengan "tantangan logistik begitu besar", termasuk menyimpan vaksin pada suhu -70C serta perlunya satu orang mendapat dua dosis dengan dosis kedua setelah 21 hari.

Menteri kesehatan Inggris ini juga mengatakan vaksin-vaksin ini diberikan di rumah sakit-rumah sakit pada minggu ini dan pekan depan akan diperluas di tempat praktik dokter.Begitu ada lagi persetujuan vaksin-vaksin lain, kata Hancock, vaksinasi akan diberikan secara massal di gedung olah raga atau gedung-gedung pertemuan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: