Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tantangan, Gejala, dan Perkembangan Vaksin COVID-19 di Indonesia

Tantangan, Gejala, dan Perkembangan Vaksin COVID-19 di Indonesia Ilustrasi vaksin virus corona atau Covid-19. | Kredit Foto: IStockPhoto/Manjurul

Prof Maksum menjelaskan beberapa tantangan utama yang harus dihadapi dalam melawan COVID-19 adalah adanya kemampuan mutasi dari virus SARS-CoV-2, kemampuan dan akurasi dari alat deteksi virus SARS-CoV-2, penemuan obat dan vaksin yang masih dalam tahap pengembangan dan sikap masyarakat dalam menjaga protokol kesehatan.

Hal yang menjadi perhatian saat ini adalah munculnya beberapa jenis strain mutasi dari virus SARS-CoV-2. Tipe D614G muncul pada Juli 2020 dan dikhawatirkan memengaruhi keefektifan vaksin yang sedang dikembangkan, sedangkan tipe Q677H ditemukan pada September 2020 dan masih dilakukan penelitian secara lanjut.

Beberapa gejala patofisiologis juga dijelaskan di dalam orasi ilmiah ini, di antaranya kemampuan virus dalam mengakibatkan severe acute respiratory syndrome dan badai sitokin. 

Selain itu, Prof Maksum juga menjelaskan tentang gejala yang dialami oleh penderita COVID-19 dan kondisi yang mungkin dialami selama masa infeksius virus tersebut, misalnya badai sitokin.

Presentasi dilanjutkan dengan penjelasan mengenai kelompok yang berisiko tinggi tertular COVID-19, yaitu kelompok yang memiliki penyakit penyerta (hipertensi, diabetes, gagal ginjal, dan jantung), berusia lanjut (60 tahun ke atas), mengalami obesitas (BMI di atas 27 kg/m2), dan memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Penyakit hipertensi dan diabetes memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit penyerta lain.

Beberapa metode deteksi COVID-19 juga dijelaskan dalam orasi ilmiah ini, antara lain deteksi dengan antigen (rapid test) dan deteksi materi genetik virus (swab test). Jenis rapid test yang tersedia, yaitu rapid test berbasis antibodi dan rapid test berbasis antigen.

Rapid test berbasis antigen memiliki akurasi sebesar 80%, sedangkan untuk swab test (PCR) memiliki akurasi sebesar 95%. Hal ini yang mendasari bahwa swab test menjadi pengujian konfirmasi pernyataan seseorang positif COVID-19.

FFUI secara konsisten menyelenggarakan seminar yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat. Menurut Mahdi Jufri, Dekan FFUI, "Fakultas Farmasi UI berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam dunia kefarmasian dan kesehatan. Kami menjalin kolaborasi triple helix, baik dengan pihak industri dan pemerintah guna menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: