Gawat! 1 dari 4 Balita Minum Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya untuk Anak
Dalam konferensi pers Hasil Penelitian Persepsi Masyarakat tentang Kental manis, Tria Astika Endah Permatasari, Dosen Prodi Gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, mengingatkan pemberian susu untuk anak harus disesuaikan dengan kategori usia.
"Untuk usia 0-6 bulan, berikan ASI eksklusif karena zat gizi yang dibutuhkan anak usia 0-6 bulan pertama tersebut, ada pada ASI," jelas Tria Astika.
Lebih lanjut, dr Tria menyebutkan, setelah usia enam bulan, makanan pendamping ASI (MPASI) menjadi hal yang penting. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menganjurkan anak dapat diberikan susu tambahan karena mengandung banyak zat gizi dan mikronutrien yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak seperti fosfor dan kalsium. Namun, yang perlu diingat adalah tidak semua susu baik untuk dikonsumsi anak.
Baca Juga: Fasilitas Rp140 Triliun dari ADB Bantu Akses dan Distribusi Vaksin COVID-19
Salah satu jenis produk susu yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak terutama bayi dan balita adalah susu kental manis. "Kental manis sebetulnya bukan susu, dilihat dari tabel kandungan gizi, kental manis memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi yaitu 55% per 100 gram sehingga tidak dianjurkan untuk balita," jelas Tria.
Anak yang sudah terbiasa mengonsumsi kental manis akan berisiko mengalami undernutrition dan juga overnutrition. "Undernutrition atau gizi kurang apabila orang tua merasa anak sudah cukup gizi hanya dengan konsumsi kental manis saja, lalu lupa atau tidak memperhatikan asupan gizi lainnya. Sementara overnutrition apabila anak mengonsumsi kentalmanis, dengan porsi yang banyak dan juga konsumsi makanan lainnya seperti snack dan cemilan tidak terkontrol," jelas Tria.
Dijelaskan Tria, merujuk pada beberapa penelitian yang dilakukan akademisi pada 2019, yang dilakukan di Potong Lintang di salah satu kecamatan di Jabar, dari 122 responden balita, anak-anak yang mengonsumsi krimer kental manis lebih dari satu gelas per hari lebih berisiko mengalami berat badan kurang dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi kurang dari jumlah tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: