Selain itu dalam membangun desa wisata dibutuhkan rekayasa sosial, fisik dan promosi. Ia menuturkan selama ini yang sering dilakukan adalah rekayasa fisik sedangkan rekayasa sosial jarang dilakukan karena tolak ukurnya dilihat dari kemampuan masyarakat setempat.
"Makanya Asidewi fokus di rekayasa sosial yaitu melakukan pendampingan dan pelatihan dengan menggulirkan program on Village One Champions," ungkapnya.
Ke depan Asidewi akan menempatkan satu profesional untuk mendampingi desa selama satu tahun. Hal ini serupa dengan membangun startup Company yang harus didampingi dari validasi konsep bisnisnya dan tahapan manajemen organisasinya.
"Tidak disitu saja, tapi sampai ke tahap sumber pendanaannya misalnya dari investasi, koperasi, APBD sehingga diharapkan desa wisata ini menjadi desa berkategori mandiri ke depannya yang menjadi tulang punggung ekonomi di Jabar"jelasnya
Disinggung tentang kesiapan rumah warga yang akan dijadikan home stay sementara wisatan ke desa wisata, ia mengatakan harus siap karena dari jasa tersebut akan menghasilkan pendapatan bagi warga setempat.
"Desa wisata dibentuk di desa sebagai komunitas ekonomi paling memungkinkan karena desa wisata berbasis sharing multi efek. Misalnya komoditas bisnis kacang yang belum tentu menguntungkan semua pihak berbeda ketika dibangun desa wisata maka yang ketiban untuk bisa semua pihak," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: