Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tips Kaya dari Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko, Jangan Cari Untung Tapi...

Tips Kaya dari Crazy Rich Surabaya Hermanto Tanoko, Jangan Cari Untung Tapi... Kredit Foto: Instagram/htanoko
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ilmu kaya dari Hermanto Tanoko, pendiri Tan Corp. yang juga pewaris dan pemilik dari cat Avian melalui PT Avia Avian dibagikan secara terbuka di kanal YouTube Helmy Yahya dalam video bertajuk "Belajar Ilmu Kaya Dari Crazy Rich Surabaya". Cat Avian ini didirikan oleh sang ayah, Soetikno Tanoko yang telah meninggal dunia pada 1 November 2020 lalu.

Bagi Hermanto Tanoko, sang ayah Soetikno merupakan pemimpin yang patut dicontoh. Seperti saat memulai cat Avian yang dimulai dari 18 karyawan, sang ayah hanya menaiki bus kota demi menghemat pengeluaran dan berpikiran panjang agar bisnis tersebut bisa menjadi yang terbesar di Indonesia. Hari ini pun, cat Avian menjadi brand cat terbesar di Indonesia mengalahkan para pesaingnya yang merupakan brand kelas dunia.

Baca Juga: Hermanto Tanoko Ungkap Perjuangannya Besarkan Cat Avian hingga Miliki 15.000 Karyawan

Selain cat Avian, Hermanto Tanoko juga memiliki brand minuman kemasan yang terkenal, yaitu Cleo. Cleo dimulai dari home industry yang hanya menghasilkan Rp75 juta per bulan, tetapi hari ini, Cleo sudah beromzet di atas Rp1 triliun per tahun. Padahal, kalau dilihat-lihat hanya bisnis 'air minum' tetapi air minum ini berkualitas tinggi dan sehat.

Hermanto mengatakan, banyak orang yang terjun dalam bisnis Air Minum dalam Kemasan ini lantas terkejut karena banyak hal yang harus diperhatikan dari segi kesehatan dan kualitas.

Setelah itu, Hermanto Tanoko juga memiliki Depo Bangunan yang menjadi supermarket bangunan sekaligus pioneer di Indonesia. Hari ini, Depo Bangunan sudah memiliki 9 outlet di Indonesia. Lalu ada hotel mewah, Vasa Luxury Hotel dan apartemen mewah, The 100 Residence yang keduanya berlokasi di Surabaya.

Helmy Yahya sendiri terkagum-kagum dengan selera Hermanto Tanoko yang sangat tinggi. Padahal dulunya, Hermanto hanya anak yang kurang mampu. Ia bahkan lahir di kandang ayam. Sewaktu kecil, untuk membeli kelereng saja Hermanto tidak bisa.

Hermanto Tanoko belajar berbisnis sejak usia 5 tahun saat ibunya mengajak membeli tepung terigu yang harganya akan naik. Sejak itu, Hermanto memahami seluk beluk mengambil keuntungan dari berbisnis dan paham bahwa mencari uang itu tidak mudah.

Hermanto juga berpesan, jika berbisnis hanya untuk mencari keuntungan tanpa tujuan yang mulia, maka bisa saja berujung pada melakukan hal yang negatif. Tetapi, jika berbisnis diimbangi dengan sedekah hingga tujuan yang mulia, maka hasilnya akan luar biasa.

Hermanto bercerita bagaimana kerja kerasnya kedua orang tuanya hingga pola didiknya pun membawa ia sukses seperti saat ini.

Yaitu pada tahun 1960an, kedua orang tuanya masih menjadi Warga Negeri Asing (WNA) yang terhambat berbisnis karena belum ada izin. Selama dua tahun, kedua orang tua Hermanto hidup sangat keras. Ibunya berjualan barang-barang bekas, dan sang ayah mengayuh sepeda ke Singosari untuk menjual hasil bumi di Malang. Tak sekalipun kedua orang tuanya mengeluh.

Hermanto mengingat, saat ibunya memiliki banyak keuntungan dari berjualan barang bekas, sang ibu membeli ayam untuk dimakan bersama di malam hari. Tetapi, saat ayahnya pulang, ayahnya justru marah besar dan berkata bahwa belum saatnya mereka makan ayam. Selama itu, mereka hanya memakan ikan teri dan sego jagung.

Orang tuanya benar-benar mengajarkan tentang kerja keras dan tidak merasakan 'kenikmatan' sebelum benar-benar sukses.

Pada tahun 1982 di bulan Desember, Hermanto Tanoko diajak sang ayah untuk bergabung di PT Avia Avian dan bertugas membesarkan perusahaan cat ini. Padahal saat itu, pabrik catnya sendiri belum ada. Di sekitaran tempat produksi cat masih hamparan sawah dan ayahnya berkata bahwa akan menjadikan cat Avian sebagai perusahaan cat terbesar di Indonesia.

Mendegar hal itu, Hermanto Tanoko senang sekali. Ia bersemangat untuk mewujudkan hal itu. Semua ini karena konsistensi yang dijalani perusahaan sehingga margin setiap 10 tahunnya meningkat puluhan kali lipat. Jadi, jika konsisten, ulet dan setia pada proses, setelah 10 tahun, selanjutnya akan meningkat ratusan hingga ribuan kali lipat.

Industri cat ini merupakan bisnis pertama yang dimiliki Hermanto Tanoko dan keluarga. Lebih tepatnya, dimulai dari toko cat yang disewa oleh sang ayah di Malang. Karena sang ayah memiliki reputasi yang baik, rekan-rekannya yang merupakan importir konsinyasi lewat toko cat tersebut.

Adapun cikal bakal Avian yakni saat sang ayah berani mencampurkan berbagai warna untuk kemudian dijual kembali. Saat itu, cat impor hanya memiliki 12 warna. Pelanggan pun senang karena bisa mencari warna yang sesuai permintaan dan bisa membeli sedikit ataupun banyak karena cat-cat tersebut diecer oleh ayah Hermanto Tanoko. Itulah yang membuat toko cat itu tumbuh sangat cepat.

Bersamaan dengan itu, peraturan pemerintah juga turut berubah-berubah sehingga saat bea masuk cat impor naik hingga ratusan persen, hal itu bisa membayar banyak cat konsinyasi. Sehingga, keuntungan penjualan sangat tinggi dan ayah Hermanto bisa membeli lahan lagi hingga rumah yang lebih besar untuk keluarga.

Kedua orang tua Hermanto sama-sama pekerja keras yang tak kenal diam, bahkan tak kenal kata pensiun apalagi cuti.

Lebih lanjut, Hermanto mengatakan jika ingin memulai usaha, sebisa mungkin pakai uang pribadi jangan pakai uang dari bank. Hal ini karena kita tak akan tahu apa yang akan terjadi di lapangan. Jika sudah terbebani dengan utang apalagi bunga, maka akan berimbas tak baik kepada bisnis.

Lalu, ketika bisnis sudah berkembang dan maju serta mendapatkan penghasilan yang besar, dan akan lebih besar lagi ketika mendapatkan suntikan dana baru, bolehlah mulai meminjam uang kepada bank agar bisnis bisa terus tumbuh dan berjalan.

Selain itu, pastikan utang terbayar. Jika bisnis terus tumbuh, utang terbayar hingga tak lagi berutang, barulah bisnis semakin sehat. Jangan sampai membiarkan perusahaan diambil oleh bank karena tak mampu bayar utang. Itu akan merusak reputasi dan kepercayaan.

Bahkan, meski pandemi Covid-19, Avian masih membukukan laba besar tanpa utang. Lalu, tidak ada karyawan yang dirumahkan. Sekalipun karyawan hotel, mereka dipindahkan ke bisnis unit yang lain agar tetap bisa mencari nafkah. Selain itu, chef-chef di hotel bintang lima juga diajak untuk bisa menjual makanan online. Hal ini pun membuat Hermanto memiliki ide bisnis baru untuk membuka outlet makanan setelah pandemi Covid-19 mereda agar bersaing dengan produk asing.

Hermanto Tanoko justru menyayangkan para konglomerat yang memanggil produk asing. Menurutnya, lebih baik menciptakan bisnis sendiri di dalam negeri dan dikerjakan oleh putra putri dalam negeri. Meski lama, tetapi ketika terus tumbuh bisa menjadi bisnis besar yang juga sukses.

Hermanto Tanoko juga pernah gagal saat berbisnis yaitu saat ia berinvestasi pada bidang yang kurang berpengalaman. Tetapi untunglah ada satu yang berhasil yakni cat berbahan resin yang membuat cat Avian terus tumbuh pesat hingga sekarang karena Hermanto belajar pembuatan resin sendiri di Korea Selatan.

Pesan dari Hermanto jangan sampai berinvestasi pada bidang yang tidak kita kuasai. Jangan serakah untuk ingin menguasai segala bidang. Fokuslah pada satu bidang asal bisa membawa pada kesuksesan dan tumbuh dengan sehat. Kalau tidak, bisa babak belur belajar dari nol lagi.

Hingga pada tahun 2003, Hermanto Tanoko mulai merambah bisnis lainnya seperti Cleo. Meski di bidang yang berbeda, tetapi ada orang-orang yang bisa menggerakkan perusahaan agar tumbuh besar. Dan Hermanto mengakui, mencari SDM yang tepat untuk membesarkan perusahaan itu tidak mudah. Yang terpenting memiliki karakter berintegritas, jujur, attitude, barulah ke skill.

Karena itulah, kunci sukses dari Hermanto Tanoko adalah memberikan manfaat kepada masyarakat. Jadi, jangan hanya mengambil keuntungan tetapi juga manfaat. Selain itu juga, Hermanto menegaskan pentingnya memiliki pemikiran positif. Hal ini karena dari pemikiran, menjadi perkataan, tindakan lalu kebiasaan. Kebiasaan yang baik terbentuk dari pemikiran yang positif serta lingkungan yang positif pula.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: