Kisah Perusahaan Raksasa: Bisnis Johnson Bersaudara Sukses Kokohkan Nama Johnson & Johnson di Dunia
Berdasarkan kesuksesan lini produk aslinya, J&J juga mengembangkan merek dalam memproduksi kit dan manual pertolongan pertama pasar massal pertama. Pada 1921, kit ini mulai memasukkan produk mereka yang baru dirilis dengan nama Band-Aid.
Dengan bersama-sama, perkembangan ini membentuk merek perusahaan sebagai firma perawatan kesehatan tingkat konsumen dan penyedia bahan medis tingkat rumah sakit.
Selama tahun 1930-an, 1940-an, dan 1950-an, J&J mengembangkan struktur perusahaan yang masih digunakannya sampai sekarang. Robert Wood Johnson II, selaku kepala eksekutif perusahaan, mengubah bentuk korporasi menjadi perusahaan keluarga yang terdesentralisasi di bawah nama Johnson & Johnson.
J&J menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek New York pada 1944. Langkah ini sebagai bentuk pembaruan perusahaan usai munculnya empat kredo perusahaan. Kredo itu merupakan empat tanggung jawab ssosial perusahaan meliputi fokus kepada pelanggan, karyawan, masyarakat dan lingkungan, dan yang terakhir unutk para pemegang saham.
Laju cepat J&J kian nampak usai 60 tahun pendiriannya. Di tahun 1959, perusahaan membeli dua korporasi riset farmasi, McNeil Laboratories dan Cilag Chemie AG. Dua tahun setelahnya, J&J mengakuisisi Jansenn Pharmaceutica NV.
Pada gilirannya, hasil pembelian dan akuisisi itu membentuk divisi farmasi perusahaan, yang pada akhirnya menjadi bagian penting dari struktur perusahaannya hingga dewasa ini.
Bukan cuma itu, J&J lalu menciptakan produk pereda nyeri non-aspirin dari McNeil Tylenol. Sesuai dengan lini bisnisnya yang lain, J&J secara khusus memasarkan obat pereda nyeri baru mereka yang dijual bebas ke dokter anak.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, J&J secara khusus berfokus pada pengembangan bisnis farmasi. Perusahaan mengembangkan perawatan untuk berbagai masalah, mulai dari pereda nyeri hingga gangguan mental dan perawatan penglihatan, pada saat yang sama terus mendorong produk perangkat medisnya mulai dari alat bedah hingga perban rumah.
Di tahun 1982, pasca-kejadian tewasnya tujuh orang akibat mengonsumsi pil Tylenol yang dicampur sianida dan atas rekomendasi Food and Drug Administration (FDA), J&J membantu merintis botol pil anti rusak. Upayanya dilakukan demi menghindari kecurigaan terlibatnya J&J dalam memproduksi obat. Hasil penyelidikan kemudian mengungkapkan bahwa pil --dengan bungkus yang lemah-- telah diracuni di dalam toko obat tempat mereka di jual, dan bukan di J&J.
Sejak 1980-an, J&J terus tumbuh di sebagian besar bidang penelitian dan pengembangan medis. Hanya beberapa dari penemuan perusahaan termasuk lensa kontak sekali pakai pertama, perawatan obat utama untuk depresi dan skizofrenia, perawatan obat untuk HIV/AIDS, dan stent koroner pertama.
Dalam beberapa bulan setelah keracunan sianida, J&J mendapatkan kembali bagiannya dari pasar pereda nyeri. Ia segera mendapatkan kembali lebih dari 90 persen pelanggan sebelumnya. Pada tahun 1989, penjualan Tylenol mencapai 500 juta dolar setiap tahun, dan pada tahun 1990 jalur tersebut diperluas ke pasar obat dingin yang sedang berkembang dengan beberapa produksi Tylenol Cold.
J&J mampu melawan kritik yang semakin meningkat atas kenaikan biaya perawatan kesehatan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia pada tahun 1990-an. Perusahaan mempelopori beberapa program progresif termasuk c are, cuti keluarga, dan "kesejahteraan perusahaan" yang mulai dikenal sebagai pengurang biaya perawatan kesehatan dan peningkat produktivitas. Praktik-praktik ini mendukung pernyataan perusahaan bahwa ia adalah bagian dari solusi untuk krisis kesehatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: