Meski bersyukur atas kehadiran MicroMentor karena begitu bermanfaat bagi dirinya, Tri berharap mentee-mentee lain tak kesulitan mendapat mentor seperti yang dialaminya. Sarannya, MicroMentor bisa aktif bekerja sama dengan beberapa mentor yang siap sedia merespons mentee yang kesulitan mendapat mentor.
“Jadi, saat mentee tak kunjung mendapat respons dari mentor yang dituju, masih ada pilihan mentor dari MicroMentor itu sendiri.”
MicroMentor memang platform yang membebaskan masyarakat bisa mendaftar secara sukalera sebagai mentor atau mentee.
Menanggapi keluhan Tri, Ikhwan membenarkan masalah tersebut memang kerap terjadi. Karena itu, Mercy Corps tengah berusaha untuk bisa mengakselerasi mentor dan mentee agar menjadi active user, tidak hanya terdaftar di platform.
Dia akan melakukan beberapa langkah untuk membantu UMKM yang mengalami kendala tersebut. Sehingga semua mentor bisa aktif memberikan pendampingan yang dibutuhkan UMKM.
“Basicly kami sebetulnya memfasilitasi seorang mentor bisa memberikan pendampingan kepada UMKM, sebaliknya UMKM bisa mencari mentor yang bisa membantunya,” ucapnya melalui sambungan telepon (22/1/2021).
Peluang Dukungan Finansial
Mercy Corps bekerja sama dengan salah satu bank swasta asing di Indonesia, Bank Commonwealth. Namun, saat ini bank tersebut belum memberikan fasilitas kredit kepada UMKM yang tergabung di MicroMentor.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan ke depan akan ada upaya kerja sama yang mengarah pada pemberikan dukungan secara finansial kepada para UMKM MicroMentor.
“Kerja sama lanjutan dengan Commbank sampai Juli 2022, kami akan melihat kemungkinan kalau nantinya UMKM yang teregister di platform MicroMentor, mereka bisa support pembiayaan juga,“ ungkap Ikhwan.
Hal ini dibenarkan oleh Corporate Communication Bank Commonwealth Bayu Irawan. Ia mengatakan kerja sama dengan MicroMentor adalah bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) perusahaan dan belum merambah ke fasilitas pembiyaan.
“Tidak menutup kemungkinan ke depan kami bisa explore (ke fasilitas kredit),“ tandasnya (21/1/2021).
Bappenas dalam Kajian Kebijakan Penanggulangan Dampak Covid-19 terhadap UMKM yang terbit Desember 2020 menyebutkan saat pandemi sebanyak 48,56% UMKM yang disurvei membutuhkan pendampingan dan konsultasi bisnis dari organisasi atau lembaga pendukung UMKM.
Studi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) juga menemukan 60% UMKM di Indonesia membutuhkan pelatihan rencana bisnis agar bisa bertahan di tengah pandemi.
Temuan tersebut menunjukkan pentingnya pendampingan bisnis bagi pelaku UMKM guna melawan gempuran pandemi Covid-19 agar bisa kembali bangkit. Apalagi, sektor ini menyumbang 61,1 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2018, dengan daya serap tenaga kerja dunia usaha hingga 97 persen atau setara 117 juta pekerja.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti