Kisah Perusahaan Raksasa: Sony, Konglomerat Teknologi Jepang yang Dulang Cuan Berkat PlayStation
Morita dan Ibuka memindahkan perusahaan mereka ke fasilitas minyak mentah di sebuah bukit di selatan Tokyo tempat mereka mengembangkan produk konsumen pertama. Produk pertamanya adalah penanak nasi, yang hanya memperoleh keuntungan 300 dolar dari penjualan kurang dari 7.000 dolar.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jepang yang lebih kuat, permintan barang-barang konsumen meningkat. Morita dan Ibuka akhirnya meninggalkan pasar peralatan rumah tangga.
Keduanya, dengan suntikan modal dari ayah Morita, berkonsentrasi pada pengembangan barang elektronik baru. Ibuka mengembangkan tape recorder dengan model Amerika yang dilihatnya di Japan Broadcasting Corporation.
Permintaan untuk mesin, yang diperkenalkan pada tahun 1950 dan merupakan tape recorder Jepang pertama. Permintaanya tetap rendah sebelum ditemukannya buklet militer AS+ berjudul Nine Hundred and Ninety-Nine Uses of the Tape Recorder.
Usai diterjemahkan dalam bahasa Jepang, buklet tersebut menjadi alat pemasaran yang efektif. Usai mengetahui banyak kegunaannya, pelanggan dari Acedemy of Art di Tokyo membeli sangat banyak alat perekam, sehingga perusahaan terpaksa pindah ke gedung yang lebih besar di Shinigawa.
Perusahaan Ibuka dan Mirota memulai produksi massal radio transistor pada 1955. Radionya diberi nama Sony, yang diambil dari kata "sonus" dalam bahasa Latin berarti "suara". Radio Sony memiliki potensi penjualan yang luar biasa, tidak hanya di pasar Jepang yang terbatas, tetapi juga di AS, yang ekonominya jauh lebih kuat.
Meningkatnya popularitas nama Sony membuat Morita dan Ibuka mengubah nama perusahaan menjadi Sony Kabusihiki Kaisha (Sony Corporation) pada Januari 1958.
Tahun berikutnya Sony mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan televisi transistor, yang diperkenalkan pada tahun 1960. Perkenalan itu terjadi setelah perselisihan bisnis dengan Delmonico International. Delmonico pada saat itu berperan sebagai perusahaan untuk menangani penjualan internasional yang ditunjuk langsung oleh Morita. Di tahun ini pula, Sony mendirikan kantor cabangnya Sony Corporation of America di New York City dan Swiss dengan nama Sony Overseas.
Pada Pameran Dunia New York 1964, Sony memperkenalkan MD-5. Ini adalah kalkulator desktop semua transistor pertama.
Pada tahun 1968 perusahaan mengirimkan televisi berwarna Trinitron pertamanya. Sekitar 40 persen rumah tangga Jepang memiliki televisi berwarna pada 1971. Atas data ini, Sony memperkenalkan perekam kaset video berwarna (VCR) pertama, yang kemudian disusul oleh penerbitan Betamax VCR tahun 1975.
Pada tahun 1979 pemutar kaset portabel Sony Walkman mulai beredar di jalan. Meskipun para insinyur Sony skeptis tentang merancang perangkat yang hanya dapat diputar dan tidak merekam, Morita bersikeras mengembangkan produk tersebut, dengan mengatakan dia akan mengundurkan diri jika Walkman tidak berhasil. Walkman pun menjadi sensasi internasional dan akhirnya terjual ratusan juta unit.
Pemutar CD (compact disc) pertama muncul pada tahun 1982 dari perjanjian pengembangan antara Sony dan pabrikan Belanda Philips Electronics NV. Sony menyediakan teknologi modulasi kode-pulsa dan menggabungkannya dengan sistem laser Philips.
Sementara itu, karena semakin banyak studio dan toko video beralih ke VHS, Betamax kehilangan pangsa pasar, dan Sony akhirnya memperkenalkan VHS-nya sendiri pada tahun 1988. Kegagalan Betamax telah memberi Sony pelajaran.
Pada akhir 1980-an, presiden perusahaan dan ketua Sony Corporation of America, Norio Ohga, ingin menambahkan konten hiburan ke dalam operasi Sony. Pada 1988 ia membeli CBS Records Group dari CBS Inc, sehingga memperoleh perusahaan rekaman terbesar di dunia, dan tahun berikutnya membeli Columbia Pictures Entertainment Inc.
Akuisisi Columbia, yang terbesar pada saat itu dari sebuah perusahaan AS oleh sebuah perusahaan Jepang, memicu kontroversi di AS. Kontroversi itu dipicu oleh tulisan Morita dengan klaim bahwa, "Jepang tidak lagi bergantung pada Amerika Serikat dan menjadi bangsa yang lebih kuat dan lebih baik daripada sekutunya setelah perang."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: