Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Sony, Konglomerat Teknologi Jepang yang Dulang Cuan Berkat PlayStation

Kisah Perusahaan Raksasa: Sony, Konglomerat Teknologi Jepang yang Dulang Cuan Berkat PlayStation Logo perusahaan Sony Corporation. | Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter

Sony hampir compang-camping selama 1990-an. Perekonomian Jepang memasuki resesi selama satu dekade. Ibuka dan Morita menderita stroke masing-masing di tahun 1992 dan 1993. Morita secara resmi pensiun pada tahun 1994 dan meninggal pada tahun 1999.

Setelah ditinggal pendirinya, Sony menyatakan kerugian pertamanya, lebih dari 200 juta dolar tahun 1993. Di samping semua kesedihan itu, Sony membangkitkan kebahagiaannya lewat konsol video game PlayStation-nya ke pasar Jepang di tahun 1994.

Yang fantastisnya lagi, tahun 2002, unit permainan tersebut menyumbang lebih dari 10 persen pendapatan tahunan perusahaan. Pusat laba besar lainnya adalah Sony Online Entertainment, terutama game realitas virtual Internetnya, EverQuest.

Sony memperkenalkan jajaran komputer pribadi VAIO pada 1997. VAIO adalah sistem berkualitas tinggi dan mahal yang dipasarkan perusahaan kepada pengguna yang tertarik untuk mengembangkan atau memainkan program multimedia.

Menyusul laporan keuangan tahunan yang semakin mengecewakan di tahun 2005, Howard Stringer diangkat dari chairman dan chief executive officer Sony Corporation of America menjadi chairman dan chief executive officer Sony Corporation. Meskipun penunjukan orang non-Jepang untuk memimpin perusahaan induk mengejutkan banyak orang, sekitar dua pertiga dari karyawan Sony di seluruh dunia adalah non-Jepang.

Dalam upaya menghidupkan kembali Sony, Stringer berfokus pada perampingan operasi dan penurunan biaya. Namun, perusahaan terus berjuang, mencatat rekor kerugian karena sektor elektronik konsumen utama Sony menurun. 

Pengunduran diri Stinger diterima perusahaan pada 2012. Untuk mengisi jabatannya, ditunjuklah seorang eksekutif dari divisi video game bernama Hirai Kazuo. 

Di bawah kepemimpinan Kazuo, Sony berkonsentrasi pada barang elektronik konsumen sambil melakukan berbagai langkah pemotongan biaya, termasuk menjual berbagai kepemilikan real estat. Khususnya, pada 2013 Sony menjual kantor pusatnya di AS di New York City dengan harga lebih dari 1 miliar dolar.

Dalam beberapa bulan setelahnya, Sony menjual dan mengurangi beberapa departemen dan kepemilikan untuk meningkatkan keuntungan. Pada bulan Februari 2014, Sony mengumumkan penjualan divisi Vaio PC-nya ke perusahaan baru yang dimiliki oleh dana investasi Japan Industrial Partners. Selain itu, korporasi memutar divisi TV-nya menjadi perusahaannya sendiri agar lebih gesit untuk membalikkan unit dari kerugian masa lalu sebesar 7,8 miliar dolar lebih dari satu dekade.

Pada Mei 2014, perusahaan mengumumkan akan membentuk dua usaha patungan dengan Shanghai Oriental Pearl Group. Rencana itu digarap untuk memproduksi dan memasarkan konsol game PlayStation Sony dan perangkat lunak terkait di China.

Pendapatan akhir tahun perusahaan pada Maret 2014 lebih dari 7,5 miliar dolar, dengan kerugian operasional untuk tahun itu lebih dari 1,2 miliar dolar. Sebagian besar kerugian itu berasal dari keputusan perusahaan untuk menutup operasi manufaktur PC yang bermasalah, serta menurunkan penjualan ponsel pintar dari yang diharapkan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: