Sementara itu, rumah sakit pertama yang bergabung dengan studi RECOVERY di Indonesia adalah RS Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta, RS Martha Friska Medan, dan RS Hasan Sadikin Bandung, dan beberapa rumah sakit lainnya akan segera bergabung.
Di Indonesia, studi akan diawali dengan mengevaluasi penggunaan aspirin dan kolkisin, karena obat ini sudah tersedia dan terjangkau, namun seperti pelaksanaan studi RECOVERY di Inggris, uji coba ini bersifat adaptif dan obat baru akan ditambahkan seiring waktu.
Menteri Kesehatan RI, dalam kesempatan ini diwakili oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes, dr. Slamet, MHP mengatakan, uji klinis RECOVERY sangat penting untuk menemukan pengobatan COVID-19 yang efektif dan dapat digunakan di seluruh dunia.
"Meneliti obat yang terjangkau dan mudah diakses, berarti hasilnya dapat dimanfaatkan dengan cepat di Indonesia dan negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya. Kami sangat bangga bahwa para peneliti Indonesia berperan serta dan menjadi bagian dari sebuah uji klinis penting di dunia.”
Dekan FKUI, Prof. Ari Fahrial Syam mengatakan FKUI sangat senang dapat menjadi bagian dari tim peneliti studi RECOVERY.
"Saya berharap dengan berpartisipasi pada uji klinis obat COVID-19 terbesar di dunia ini, para peneliti Indonesia bisa membuat terobosan-terobosan yang relevan dengan konteks Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: