Kemudian pada Juli menuju Agustus 2020, kasus kematian sempat mengalami penurunan. Namun pada Sepetember, kembali meningkat secara signifikan mencapai 46 persen atau 1.048 kasus. Peningkatan ini dikarenakan kontribusi adanya periode libur panjang 15-17 Agustus dan 20-23 Agustus 2020. Kasus kematian Kemabli menurun pada kurun Oktober dan November, namun pada Desember 2020 hingga Januari 2021.
Peningkatan ini juga seiring dengan adanya periode libur panjang Natal dan Tahun Baru. Secara jumlahnya, dari November 2020-Januari 2021, 4.252 kasus atau meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan Oktober 2020.
"Ini artinya bahwa terdapat implikasi kematian dari setiap event libur panjang," lanjut Wiku.
Baca Juga: Dukung Program Vaksinasi COVID-19, ILUNI UI Buka Sentra Vaksinasi Bagi Lansia
Sebagai perbandingan, pada bulan-bulan tanpa periode libur panjang, jumlah kematian antara 50-900 kasus. Sementara pada bulan-bulan dengan libur panjang, jumlah kematian meningkat tajam mencapai 1000-2000 orang. Karenanya Wiku meminta masyarakat bijak dalam menyikapi libur panjang karena secara langsung mempengaruhi jumlah orang yang meninggal.
"Bayangkan dalam satu bulan, kita bisa kehilangan lebih dari 1000 nyawa hanya karena memilih melakukan perjalanan dan berlibur," Wiku menyayangkan.
Untuk itu, masyarakat dan pemerintah daerah diminta belajar lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan. Jangan sampai keputusan yang diambil membahayakan nyawa diri sendiri dan orang lain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: