Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingin Kerek Perekonomian Lewat Mudik Lebaran, Awas Untung Jadi Buntung

Ingin Kerek Perekonomian Lewat Mudik Lebaran, Awas Untung Jadi Buntung Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mudik Lebaran diyakini membawa dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia. Namun demikian, di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang, kegiatan tersebut bisa sebaliknya.

Untung atau buntung (rugi) dampak kegiatan mudik sangat bergantung kemampuan pemerintah menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Jika tidak, Indonesia tentu berpotensi mengalami lonjakan pasien Covid-19 yang pada akhirnya memberikan dampak negatif terhadap perekonomian.

Ekonom Universitas Indone­sia (UI) Fithra Faisal mengamini mudik memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Dengan mudik, masyarakat akan membelanjakan uang un­tuk membeli baju, makan di restoran, mengunjungi tempat wisata, dan menginap di hotel.

Menurutnya, dampak mudik biasanya paling terasa di daerah Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Ja­tim). Berdasarkan perhitungannya, kegiatan mudik akan menambah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing daerah secara signifikan.

Baca Juga: Wamendes Soroti Kebijakan Mudik Tahun 2021, Sempat Dilarang 2020, tapi...

Ia mengungkapkan, dari kegiatan mudik, ada potensi penambahan PDRB sebesar Rp 144 triliun untuk Jateng. Lalu, Jatim sebesar Rp 81 triliun. Serta, Jabar Rp 91 triliun. Jika ditotal, maka penambahan PDRB untuk tiga wilayah itu mencapai Rp 316 triliun.

“Potensi penambahan PDRB itu karena dampak pengganda masyarakat yang belanja di tempat tujuannya. Tentu ini akan menaikkan aktivitas ekonomi,” kata Fithra, Jumat (19/3).

Namun demikian, papar Fithra, potensi penambahan PDRB itu bisa terjadi jika situasinya normal. Potensi itu belum tentu terealisasi dengan mulus di ten­gah pandemi Covid-19 seperti sekarang. Diprediksinya, ada pengurangan 30-40 persen dari potensi penambahan PDRB.

“Dana yang mereka bawa saat mudik pasti masih terba­tas. Karena mereka memiliki prioritas (belanja) lain selama Covid-19,” jelasnya.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 akan bergerak ke level positif di posisi 3-4 persen. Pertumbuhan itu bisa lebih besar jika kegiatan mudik Lebaran dibuka.

“Masyarakat sudah ingin mu­dik, apalagi tahun kemarin mereka tidak mudik. Jadi permintaan­nya sangat besar,” katanya.

Faisal menilai, dana mengalir ke daerah juga akan meningkat dibandingkan tahun lalu jika mudik tidak dilarang.

Namun, Faisal mengingatkan, dengan dibukanya arus mudik, ada resiko Indonesia kembali menghadapi gelombang penye­baran virus Corona yang tinggi. Jika terjadi, imbasnya akan memukul perekonomian.

Baca Juga: Bangkitkan Pariwisata, 3500 Pelaku Wisata Batam Divaksin Covid-19

Ia mengingatkan, kasus Co­vid-19 pertama di Wuhan, China, angkanya meningkat pesat setelah mudik Imlek berlang­sung. Pergerakan masyarakat dari satu titik ke titik lain ini berpeluang membuat angka penularan kembali tinggi. Hal ini tentu bertentangan dengan upaya pemerintah untuk menangani pandemi dari sisi kesehatan.

“Biar bagaimana pun sekarang kan grafik pandemi sudah turun. Tapi kalau tidak hati-hati, kalau tidak diperketat protokol kesehatannya, ini akan bisa jadi naik lagi,” ujarnya.

Sementara, netizen menyam­but baik rencana pemerintah memperbolehkan mudik Leba­ran. Meski begitu, tetap ada kekhawatiran penyebaran Co­vid-19 akan kembali meningkat.

“Saya setuju mudik tidak di­larang. Ekonomi harus bangkit. Masyarakat harus senang dan gembira hatinya setelah Ramadan. Kita tidak pernah tahu ini Lebaran terakhir kita bersama keluarga,” kata akun, @mbahndi.

Akun Tubirfess berharap, pemerintah konsisten dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat selama mudik. “Semoga aja bener-bener ketat ya. Nggak lucu kalo beneran pandemi Co­rona di Indonesia kelar 10 tahun lagi,” harapnya.

Sedangkan akun dengan nama Ahadiakbarh menyarankan pemerintah tetap mengimbau masyarakat agar lebih baik di rumah saja dan tidak mudik. Yaitu, dengan menerapkan syarat yang cukup ketat supaya orang tidak banyak yang mudik.

“Emang agak jahat sih, tapi ya namanya juga demi kemaslahatan bersama,” katanya.

Menurut antaraput, kebijakan mudik menjadi serba salah. “Ng­gak dibolehin mudik ntar tetap ada aja yang jebol pulang kampung dengan segala macam cara. Dibolehin mudik, ada aja yang nggak sesuai protokol,” ujarnya.

“Kalo ini mah tergantung orangnya aja nggak sih. Kalo emang sadar bahayanya Co­vid-19, pasti mereka juga nggak bakal milih mudik. Soalnya tahun kemarin juga sudah dilarang, tapi tetap ada aja yang nekat,” kata sanvtuary

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: