Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat jumlah utang pemerintah mencapai Rp6.361 triliun pada akhir Februari 2021. Angka tersebut membengkak Rp127,87 triliun dari periode Januari 2021 yang hanya Rp6.233,13 triliun.
Yang lebih mencengangkan, jumlah uang pemerintah tersebut melonjak hingga 28,56% dari periode Februari tahun 2020 lalu yang hanya Rp4.948 triliun. Utang yang kian menggunung menjadi sentimen yang membuat rupiah tak bisa berbuat banyak. Baca Juga: Perang Cuan Dua Perusahaan Konglomerat Salim Sang Produsen Indomie: Wah Parah Sih!
Seakan kena getahnya, nilai tukar rupiah anjlok signifikan hingga ke Rp14.400-an per dolar AS pada Selasa, 23 Maret 2021 sore. Terhitung sampai pukul 14.53 WIB, rupiah terdepresiasi -0,33% ke level Rp14.434 per dolar AS. Baca Juga: The Power of Konglomerat Salim: Nasib Grup Indofood Bak Surga Dunia!
Pada saat yang bersamaan, rupiah juga dibuat keok oleh poundsterling (-0,18%) dan euro (-0,10%). Untungnya, rupiah masih lebih baik daripada dolar Australia (0,43%).
Performa rupiah di hadapan mata uang regional hanya unggul atas dolar Taiwan (0,26%) dan baht (0,15%). Dengan kata lain, rupiah memerah terhadap yen (-0,37%), dolar Hong Kong (-0,22%), yuan (-0,18%), won (-0,16%), dolar Singapura (-0,12%), dan ringgit (-0,07%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih