- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Wacana Pembentukan Holding BUMN Baterai, Bagaimana Dampak ke Depannya?
Oleh: Rivan Kurniawan, Indonesia Value Investor
Emiten yang terdampak
Berbicara mengenai industri nikel di Indonesia, serta mengaitkannya ke perusahaan tercatat di Indonesia, tentu akan mengerucut kepada dua nama saham berikut: 1) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan 2) PT Vale Indonesia Tbk. (INCO). Mari kita bahas satu per satu
1) ANTM
ANTM merupakan salah satu perusahaan tambang yang sahamnya dikuasai oleh pemerintah melalui kepemilikan Inalum (MIND ID) sebesar 65%. Mungkin banyak yang familiar terhadap perusahaan ANTM karena ANTM menjual emas batangan. Namun well, tidak sepenuhnya salah, tetapi ANTM juga memiliki portfolio produk yang lain.
Portfolio Produk ANTM. Source: Pubex ANTM 1H20
Dapat terlihat pada gambar di atas, selain penjualan emas dan logam mulia yang berkontribusi sebesar 68% terhadap total pendapatan perusahaan, ANTM juga mendapatkan penjualan dari produk nikel, lebih spesifiknya ferronickel dan biji nickel yang berkontribusi sebesar 23% terhadap total pendapatan perusahaan. Selain itu, ANTM juga menjual produk bauksit dan alumina yang berkontribusi sebesar 6% terhadap total pendapatan perusahaan.
Business Process ANTM. Source: Pubex ANTM 1H20
Terkait dengan pembangunan industri baterai, ANTM nampaknya akan terkena dampak secara langsung karena ANTM langsung menyuplai bahan bakunya ke IBH. Jadi, boleh dibilang bahwa nantinya produk nikel ANTM akan berpeluang digunakan untuk menjadi bahan baku dalam proses pembuatan baterai mobil listrik.
Baca Juga: Holding BUMN Baterai Listrik Butuh Investasi hingga Rp 242,380 Triliun
2) INCO
INCO sebenarnya merupakan anak usaha dari salah satu perusahaan nikel terbesar di dunia yang berasal dari Brazil, Vale. Sebelumnya, Vale merupakan pengendali saham INCO dengan kepemilikan ±59%, tetapi sejak tahun lalu, pemerintah melalui Inalum (MIND ID) telah membeli ±20% dari kepemilikan INCO dari dua pemilik saham besar INCO: Vale Canada Limited (VCL) & Sumitomo Metal Minings (SMM).
Berbeda dengan ANTM yang mendiversifikasikan produknya, bisnis model INCO 100% berkolerasi dengan industri nikel. INCO memproduksi nickel-in matte, produk turunan nikel yang mengandung 78% nickel content, 20% sulfur, dan 1% - 2% cobalt. Uniknya, INCO tidak menjual produk ini ke pasar bebas karena INCO memiliki perjanjian "harus beli", di mana VCL dan SMM yang akan menjadi pembeli produk nickel-in matte yang diproduksi INCO. Singkatnya, berapapun nickel in-matte yang diproduksi oleh INCO, akan tetap dibeli VCL dan SMM dengan proporsi masing-masing 80% dan 20%.
Produk Nickel in-matte INCO. Source: Pubex INCO 1H20
Pertanyaannya: apakah INCO terlibat secara langsung terhadap produksi baterai listrik yang diinisiasikan oleh pemerintah? Tidak, untuk sekarang. Dan, apakah INCO akan mendapatkan keuntungan dari produksi baterai listrik? Ya, karena peningkatan produksi baterai listrik berarti bahwa adanya peningkatan penggunaan nikel, di mana peningkatan penggunaan nikel akan meningkatkan harga nikel, dan ujung-ujungnya meningkatkan pendapatan INCO. Kurang lebih begini flow-nya:
Sekilas tentang INCO dan ANTM
Sentimen mobil listrik dan peningkatan produksi baterai listrik dalam beberapa bulan terakhir ini menjadi katalis utama dalam meningkatkan harga saham ANTM dan INCO. Tercatat sejak awal tahun, saham ANTM sudah naik sebesar 245.24% (lebih dari 2-bagger), dan INCO sendiri sudah naik sekitar 80%.
Mari kita lihat valuasinya secara singkat saja menggunakan rasio sederhana seperti P/E dan PBV. Untuk ANTM, sekarang ANTM divaluasikan di P/E 62.54x dan PBV 3.68x, sedangkan untuk INCO sendiri sedang divaluasikan di rasio P/E 41x dan PBV 2.08x. Melihat kondisi penerapan dan implementasi mobil listrik, dan potensi ke depannya, apakah ANTM dan INCO sekarang wajar untuk dihargai seperti ini? You decide...
Kesimpulan
Seiring dengan meningkatnya tren penggunaan mobil listrik di seluruh dunia, Pemerintah Indonesia juga sedang gencar memberitakan tentang pembuatan holding baterai listrik di Indonesia bernama Indonesia Battery Holding (IBH), di mana IBH ini nantinya akan terdiri dari empat perusahaan BUMN, yakni: 1) MIND ID (atau dikenal dengan nama PT Inalum (Persero)), 2) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), 3) PT Pertamina (Persero), dan 4) PT PLN (Persero) yang masing-masing akan menguasai 25% dari saham IBH. IBH dibuat dengan tujuan agar Indonesia dapat menjadi leading player di industri mobil listrik, baik dalam urusan memproduksi baterai listrik ataupun memproduksi mobil listrik dalam jangka panjang.
Ada dua emiten yang dapat dikaitkan secara langsung terkait katalis ini, yakni: 1) ANTM, dan 2) INCO, di mana ANTM akan terlibat secara langsung dalam ekosistem pembuatan baterai listrik sebagai penyuplai bahan baku nikel di upstream, dan INCO yang akan terkena dampak positif yang seiring dengan peningkatan produksi baterai nikel, akan meningkatkan permintaan nikel, dan meningkatkan harga nikel.
Sekarang ANTM divaluasikan di P/E 62.54x dan PBV 3.68x, sedangkan untuk INCO sedang divaluasikan di rasio P/E 41x dan PBV 2.08x. Dalam memutuskan berinvestasi di kedua saham ini, jangan hanya melihat valuasi saja, masih banyak metris penting lain seperti profitabilitas, kesehatan keuangan, dan lain sebagainya yang juga tidak kalah penting untuk menjadi pertimbangan dalam investasi. Melihat kondisi penerapan dan implementasi mobil listrik, dan potensi ke depannya, apakah ANTM dan INCO sekarang wajar untuk dihargai seperti sekarang? You decide...
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum