Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Konsumsi Minyak Sawit untuk Penuhi Kebutuhan Gizi

Konsumsi Minyak Sawit untuk Penuhi Kebutuhan Gizi Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Gizi Masyarakat Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Dhian Dipo mengungkapkan, permasalahan gizi di Indonesia yakni kekurangan gizi mikro, makro dan kegemukan (over weight).

Berdasarkan data tahun 2011, salah satu penyebab kekurangan gizi mikro yakni kurangnya vitamin A yakni sekitar 14,6 persen. Akibatnya, daya tahan tubuh terutama pada balita akan berkurang sehingga menimbulkan berbagai penyakit. Pola konsumsi masyarakat yang tidak tepat berkontribusi terhadap angka kematian dan kesakitan di Indonesia.

Baca Juga: Nilai Potensi Bungkil Sawit dari Kalimantan Utara Capai Rp1,5 Miliar

Pola konsumsi yang dimaksud yakni masyarakat lebih cenderung mengonsumsi serelia dalam jumlah banyak, sementara konsumsi protein hewani, sayuran, dan buah-buahan cenderung masih rendah.

“Artinya pola konsumsi yang tidak seimbang ini mengakibatkan tidak memenuhi zat gizi pada tubuh terutama pada masa pertumbuhan balita hingga remaja. Sehingga ini menjadi fokus kita dalam penanganan gizi,” kata Dhian.

Dikatakan Dhian, pemerintah menargetkan pada 2024 dapat menurunkan stunting hingga 14 persen. Sedangkan tahun 2019, target baru tercapai 27,7 persen. “Tahun 2020 kita terserang pandemi, maka perlu dilakukan modifikasi karena terjadi kendala pada pemenuhan gizi di tingkat keluarga. Kita perlu pikirkan fortifikasi itu menjadi penting,” ujar Dhian. 

Strategi seperti peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi, dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu dapat dilakukan untuk mempercepat penurunan stunting.

“Pada tingkat global, dalam mengatasi masalah gizi harus dilakukan fortifikasi. Fortifikasi pada garam, dilakukan iodisasi garam dan ini sudah dilakukan pada 160 negara untuk meningkatkan kognitif dan 74 persen mengurangi gangguan kekurangan yodium,” jelas Dhian.

Di Indonesia, fortifikasi dilakukan melalui garam dengan iodium (KIO3 30 ppm), fortifikasi tepung terigu (Fe, Zn, Asam Folat, Vitamin B1 dan B2, fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A, serta beras dengan Vitamin B1 dan B2. Tidak hanya itu, fortifikasi juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi minyak dan olahannya seperti minyak goreng kelapa sawit dan minyak kelapa sebanyak 19,7 gram per hari.

Adapun konsumsi kalori dari minyak kelapa sawit dan kelapa menyumbang sekitar 12,4 persen. Sementara itu, rata-rata konsumsi kalori per kapita sehari dari minyak dan kelapa sebesar 262,27 kalori.

“Jadi cukup besar kalori minyak ini menjadi kendaraan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi jika memang difortifikasi,” ungkap Dhian. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: