Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sempat Jadi Tukang Cuci Piring dan Pelayan, Gita Wirjawan Kini Sosok Pengusaha Inspirasional

Sempat Jadi Tukang Cuci Piring dan Pelayan, Gita Wirjawan Kini Sosok Pengusaha Inspirasional Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengusaha Putri Tanjung melalui kanal YouTube CXO Media mewawancarai Gita Wirjawan, seorang pengusaha pendiri Ancora Group yang juga mantan Menteri Perdagangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Gita Wirjawan bercerita bahwa saat ia merekrut seseorang, ia tak lagi melihat kecerdasan atau berwawasan luas orang tersebut. Tetapi, ia akan melihat keberuntungannya. Gita mengungkap, dalam berbisnis tak melulu soal kecerdasan, tetapi juga ada faktor keberuntungan.

Baca Juga: Nabung di Bank Bikin Miskin Perlahan, Lo Kheng Hong: Kalau Mau Kaya, Pasar Modal Tempatnya

Gita Wirjawan juga selalu membaca buku setiap minggu. Setiap kali ke toko buku, ia akan mengambil 10 buku terbaik yang ada saat itu dan membaca buku tersebut tanpa melihat topik. Apapun topik buku itu, akan dengan senang hati ia baca.

Lebih lanjut, Gita pun menceritakan asam garam kehidupan yang sudah ia jalani sebagai seorang pengusaha. Saat tiba di Amerika, Gita mengakui bahwa ia berasal dari keluarga kelas menengah di Jakarta, tetapi begitu tiba di AS, ia justru sangat pas-pasan. Karena itu, agar tidak pulang ke Indonesia, segala pekerjaan sudah dilakukan oleh Gita Wirjawan, mulai dari cuci piring, bersih-bersih toilet, hingga mengeluarkan bakatnya bermain piano.

Dalam seminggu, Gita bisa bekerja selama 40 jam, sambil kuliah 5-7 kelas per semester. Dahulu, upah minimum yang didapatkan Gita adalah 3 dolar AS dan 65 sen per jam. Sementara itu, untuk bermain piano, Gita dibayar 25 dolar AS per jam, dan ia bisa bermain piano 2-3 jam. Selain bayaran per jam, Gita juga biasa mendapatkan tip hingga 50 dolar AS jika bermain lagu-lagu romantis dan ada pasangan yang tersentuh mendengarnya. Saat itu, 50 dolar AS adalah nominal yang besar di tahun 80-an.

Saat menjadi pelayan restoran, Gita bercerita bahwa ia belajar banyak soal pelayanan pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah yang utama, karena itu jika direspon secara benar, maka akan memberikan feedback yang positif untuk perusahaan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: