Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Energi Terbarukan Berbasis Sawit Jadi Fokus EBT dari BRIN

Energi Terbarukan Berbasis Sawit Jadi Fokus EBT dari BRIN Pekerja menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari dalam truk pengangkutan di tempat penampungan Desa Leuhan, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Rabu (14/10/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada Agustus 2020 sebesar 2,68 juta ton atau turun 14,25 persen dibandingkan bulan Juli yang mencapai 3,13 juta ton. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah inovasi dan kesiapan teknologi dibutuhkan untuk memastikan ketersediaan energi nasional yang lebih condong pada energi baru terbarukan (EBT). Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) telah mencanangkan beberapa kegiatan terkait EBT tersebut di dalam Prioritas Riset Nasional Periode 2020-2024.

"Tentunya, target akhirnya adalah pada 2024, kita bisa mendapatkan peningkatan dari energi baru terbarukan di dalam energi mix nasional," ujar Menristek/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, seperti dikutip dari laman setkab.go.id.

Baca Juga: 5 Manfaat Sawit Sehatkan Ekosistem Dunia

Dipaparkan Bambang, terdapat lima agenda utama terkait EBT yang dilakukan dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024. Pertama, target menghasilkan bahan bakar nabati yang 100 persen berasal dari kelapa sawit. Kedua, EBT berupa biogas yang banyak digunakan terutama di perkebunan sawit. Ketiga, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil.

"Karena itu, kami mengembangkan PLTP skala kecil yang mudah-mudahan bisa dikembangkan di berbagai daerah yang punya kandungan panas bumi sehingga listrik yang dihasilkan akan bermanfaat bagi daerah sekitarnya," ungkap Bambang.

Keempat, penggunaan baterai listrik. Bambang mengungkapkan, selain baterai litium, pihaknya juga mengembangkan fast charging untuk keperluan kendaraan listrik serta teknologi battery swapping. Kelima, pemerintah tetap menjaga pengembangan teknologi nuklir untuk memastikan pemenuhan kebutuhan listrik saat ekonomi Indonesia makin tumbuh di masa yang akan datang.

"Untuk memastikan listrik memadai, tentunya kita pada satu sisi juga harus comply kepada yang namanya Paris Agreement atau green economy. Karenanya, bagaimanapun kesiapan teknologi nuklir harus terus dijaga, terutama dari unsur keselamatannya, baik lokasi maupun teknologi yang menjamin keselamatan dari teknologi nuklir tersebut," ujar Bambang.

Ditambahkan Bambang, dalam kerangka Paris Agreement dan green economy yang diinginkan oleh Presiden Jokowi, pihaknya juga mengembangkan penelitian berbasis ekonomi sirkular. "Dengan ekonomi sirkular, limbah yang muncul dari kegiatan ekonomi akan diolah kembali, bisa diolah menjadi bahan lainnya, tapi sebagian bisa menjadi energi," kata Bambang.

Oleh sebab itu, teknologi pembangkit listrik berbasis sampah atau teknologi pengolahan sampah harus terus dikembangkan dengan memperhatikan berbagai jenis sampah yang ada di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: